Begini Tips Agar Anak-anak Tidak “Mengganggu” Ketika di Masjid

Parentnial Newsroom

Anak

BERMAIN adalah dunia anak-anak. Tak pelak, masjid yang merupakan tempat ibadah pun tak lepas menjadi arena layaknya play group taman kanak-kanak.

Masjid/ musalla tampaknya memang selalu menjadi favorit anak-anak. Tak heran kalau tiba waktu shalat, khususnya maghrib, mereka seringkali sudah siap lebih dulu daripada orangtua.

Dari beberapa pengamatan, anak-anak memang lebih agresif dan bersemangat kalau diajak ke masjid. Berbeda ketika mereka “digombal” ke sekolah setiap pagi yang terkadang tak mempan kecuali ada imingan hadiah.

Namun sayangnya, kehadiran anak-anak di masjid seringkali dianggap mengganggu. Tak jarang bahkan mereka dilarang masuk masjid dan diusir jauh-jauh. Pakai papan pengumuman segala. Belum lagi yang pakai bentakan.

Paman pengumuman di sebuah masjid melarang anak-anak masuk masjid 

Suara gaduh anak-anak memang seringkali mengganggu ibadah. Tapi kalau mau jujur, sebenarnya ributnya anak-anak di belakang, hanyalah 1 dari sekian banyak sumber-sumber pengganggu ibadah lainnya.

Jadi, tak elok kalau hanya karena suara gaduh anak-anak lalu kemudian mereka dilarang ke masjid. Diusir. Padahal, mereka juga mau beribadah meskipun masih pada level yang mereka pahami.

Justru saya khawatir, diusirnya mereka yang terkadang sedemikian kasar itu menjadi ceruk basah bagi setan menjauhkan anak-anak kita dari masjid di kemudian hari.

Karena itu sebaiknya masjid-masjid dan musallah harus lebih ramah terhadap anak. Jangan jauhkan mereka dari masjid sebagai pusat kegiatan ibadah umat Islam. Berhenti mengusir mereka.

Di usinya yang masih labil itu justru kebiasaan ini menjadi penguat untuk membangun alam bawah sadar mereka bahwa mereka adalah para syabaabul masajid. Sehingga ketika dewasa nanti, hatinya selalu terpaut dengan masjid.

Begini ilustrasi shaf yang benar untuk mencegah keributan antar anak-anak di masjid / net

Kerjasama yang baik
Pengurus masjid pun dituntut untuk bersikap dewasa. Tidak malah kekanak-kanakan yang selalu mengedepankan emosi. Orangtua pun demikian. Membawa anak-anak ke masjid berarti sepakat mematuhi prosedur berlaku yang telah ditetapkan oleh masjid.

Harus ada kerjasama yang baik antar pengurus masjid dengan orangtua anak-anak. Hendaknya ada kesepahaman bersama terkait aturan dan prosedur yang ada tersebut.

Jangan sampai terjadi, misalnya, ketika anaknya diatur oleh tim keamanan masjid, orangtua tidak terima. Kedua belah pihak harus dewasa dan sadar bahwa yang sedang mereka atasi adalah generasi bangsa umat ini. Sikapilah karakter anak-anak dengan penuh kebijaksanaan. Hindari amarah.

Siapkan satuan kontrol
Suara gaduh seringkali datang ketika saat shalat telah ditegakkan. Penyebab umumnya karena tata tertib shaf yang tidak diterapkan kepada anak-anak. Karena merasa tak ada yang mengontrol, mereka bisa seenaknya bermain dan berlari ke sana kemari.

Karena itu masjid yang baik dan ramah anak adalah masjid yang menyedikan tenaga satuan kontrol (satrol) untuk menjaga kondusifitas ibadah.

Satrol berfungsi memastikan ibadah berjalan dengan tenang dan khidmat. Karena itu, perhatian mereka bukan saja pada kenyamanan dan keamanan jamaah. Tetapi juga memastikan bahwa anak-anak yang ada terkondisi dengan baik.

Gabungkan dengan jamaah dewasa
Untuk menghindari saling colek, shaf anak-anak disatukan dengan jamaah orang dewasa. Selama ini kita sering menyaksikan jamaah anak-anak dipisahkan dengan orang dewasa dan ditempatkan di bagian belakang yang dilokalisir.

Cara melokalisir tersebut mungkin dianggap aman untuk meredam suara berisik mereka, tapi justru ini akan memantik “keributan” karena mereka akan saling colek, menggoda, dan akhirnya cekikikan.

Jika tak ada yang mengawasi, mereka akan keluar dari shafnya dan kembali kejar-kejaran saat ibadah sedang berlangsung.

Dengan menempatkan mereka bersama shaf orang dewasa dengan cara menyelipkan antara anak-anak dan shaf jamaah dewasa, mereka akan merasa dikontrol. Setidaknya mereka tidak berani main-main apalagi cubit-cubitan. Jarak mereka yang tak bisa saling menjangkau tidak memungkinkan mereka saling tengok.

Nah, inilah sedikit tips dari kami. Semoga anak-anak kita semakin baik. Semakin shaleh-shalehah. Dan, kelak menjadi manusia-manusia yang bermartabat nan bermanfaat untuk agama, nusa, dan bangsa. Aamiin. (YACONG B. HALIKE)  

Baca Juga Lainnya

Nama Bayi Kembar Perempuan

50 Pasang Nama Bayi Kembar Perempuan Dan Artinya

Parentnial Newsroom

Di tengah euforia belanja perlengkapan bayi dan mempersiapkan kamar mungil mereka, ada satu hal penting yang nggak boleh terlewat: memilih ...

Peacock Parenting, Gaya Didik Kekinian yang Terlalu Fokus ke Pencitraan Anak

Fadliyah Setiawan

KAMU pernah denger istilah “peacock parenting”? Bukan, ini bukan tentang burung merak yang suka pamer bulu. Tapi gaya parenting baru ...

Aku Bukan Cuma Ibu, Mencari Jati Diri di Balik Peran Ibu Rumah Tangga

Fiqih Ulyana

PERNAH gak sih kamu ngerasa kayak kehilangan nama sendiri setelah jadi ibu? Tiba-tiba semua orang manggil kamu “Ibunya Aisyah”, “Mamanya ...

Tantangan dan Tren Baru Kepengasuhan 2025 yang Harus Dipahami Orangtua Masa Kini

Parentnial Newsroom

KITA telah menjalani setengah dari awal bulan tahun baru 2025, dan kepengasuhan (parenting) menjadi salah satu aspek kehidupan yang terus ...

Nama Bayi Perempuan Jepang

300 Nama Bayi Perempuan Jepang yang Indah dan Bermakna.

Parentnial Newsroom

Memilih nama bayi adalah keputusan penting yang akan memengaruhi identitas seseorang sepanjang hidup mereka. Proses ini melibatkan berbagai pertimbangan, mulai ...

Katanya Bikin Anak Sukses, Nyatanya 7 Nasihat Ini Cuma Bikin Ribet!

Hasni Rania

PARENTING itu emang nggak ada buku manualnya yang pasti. Tapi, bukan berarti semua nasihat dari orang dulu itu cocok diterapin ...

Tinggalkan komentar