SEBUAH keluarga kecil dengan kehidupannya yang sangat sederhana di Dusun Salu Rindu, Malunda, Majene, Sulawesi Barat.
Dua sejoli yang baru berbilang bulan menjadi sepasang suami istri ini memilih hidup mandiri. Merantau jauh dari sanak famili dan kampung halaman.
Pilihan yang tak mudah, namun demikianlah keputusan yang mereka pilih. Berani menjadi suami, berarti siap memikul beban tanggung jawab.
Baca Juga
Dan, memilih menjadi istri, berarti memilih untuk mendampingi dan mengokohkan langkah suami, dimanapun berpijak.
Dengan kondisi ekonomi keluarga yang sangat terbatas. Sang istri, mampu mengatur belanja keluarganya hingga tercukupi. Uang recehan (logam 500-an rupiah) sisa belanja yang seringkali diabaikan, ia kumpulkan dalam kaleng-kaleng kecil di sudut dapur.
Hingga suatu ketika, sang istri sakit dan mesti kembali ke kampung halaman. Tabungan keluarga yang tak banyak pun terkuras habis.
Sembari istri berobat di kampung halaman, sang suami lalu kembali ke tanah rantau seorang diri, menuntaskan pekerjaan yang sempat terbengkalai.
Dalam sendiri, sang suami tidak lagi memiliki sepeser pun uang di dompet ataupun di rekening.
Sementara masa gajian di kantor pun masih tersisa 1 pekan lagi. Ya, uang yang ia miliki, diserahkan sepenuhnya untuk biaya berobat dan bekal istri di kampung.
Saat beranjak ke dapur, ternyata beras sudah tak ada. Lampu kamar pun padam, karena pulsa listriknya telah habis.
Di sudut dapur, kaleng bekas yang biasa ditempati sang istri menyimpan recehan sisa belanja, menjadi harta yang sangat berharga. Recehan itu menjadi amunisi untuk merdeka hingga gajian tiba pekan depan.
Hikmah….
Jangan pernah abai apalagi meremehkan mereka yang kita anggap kecil. Sebab merekalah yang seringkali hadir sebagai pahlawanmu, bahkan ketika yang besar pun tak bisa diandalkan. (SYAMSUDDIN)