TANGERANG – Kasus gangguan refraksi mata, terutama myopia (mata minus) pada anak-anak usia sekolah, terus meningkat di Indonesia. Menjawab tantangan ini, VIO Optical Clinic resmi meluncurkan kampanye "Periksa Mata dari Dini" atau "Permadani" dalam sebuah acara konferensi pers di klinik mereka yang berlokasi di Green Lake City, Tangerang, Banten, pada Rabu (15/1/2025).
Dr. Andri Agus Syah, OD, FPCO, FAAO, FIALVS, pendiri sekaligus dokter optometri VIO Optical Clinic, menyampaikan urgensi dari masalah ini. Dia menyebut program ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan mata sejak dini.
“Meningkatnya kasus gangguan refraksi, terutama pada anak-anak usia sekolah, adalah fenomena yang perlu segera ditangani. Lebih dari 50 persen anak di berbagai wilayah sudah mengalami mata minus tinggi tanpa disadari, yang jelas memengaruhi kemampuan belajar mereka,” ujar Dr. Andri.
Sebagai bagian dari kampanye Permadani, VIO Optical Clinic menghadirkan berbagai solusi inovatif untuk membantu mengontrol perkembangan mata minus pada anak-anak. Salah satu layanan unggulannya adalah Terapi Ortho-K, sebuah terapi non-operasi yang memungkinkan anak-anak mendapatkan penglihatan lebih baik tanpa perlu menggunakan kacamata sepanjang hari.
“Melalui program Permadani, VIO Optical Clinic ingin memberikan edukasi kepada para orang tua dan guru bahwa pemeriksaan mata sejak dini adalah langkah krusial untuk mencegah dampak jangka panjang akibat gangguan penglihatan,” tambah Andri.
Selain Ortho-K, VIO Optical Clinic juga menyediakan lensa khusus seperti MiyoSmart, yang secara klinis terbukti mampu menghambat laju peningkatan minus. Klinik ini juga menawarkan solusi untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, seperti scleral lens, RGP lens, dan hybrid lens, yang dirancang untuk memberikan kenyamanan maksimal sekaligus menjaga kesehatan mata.
Kisah dari Orang Tua Pasien
Dalam acara tersebut, Mira Galuh, salah satu orang tua pasien, berbagi kisah tentang putranya, Athalla, yang didiagnosis memiliki mata minus tinggi sejak usia 6 tahun.
“Athalla awalnya memiliki minus -6.00 dan silinder -2.00. Saya kaget dan sedih mengetahui hal ini, tapi untungnya kami menemukan solusi di VIO melalui terapi Ortho-K. Kini, Athalla sudah bebas dari kacamata dan bisa belajar dengan lancar tanpa hambatan,” ujar Mira.
Kisah Athalla hanyalah satu dari banyak kasus yang mencerminkan pentingnya deteksi dini gangguan penglihatan. Berdasarkan sebuah survei kesehatan mata yang yang dikutip VIO Optical Clinic di sekolah-sekolah kawasan Jabodetabek, lebih dari 50% anak usia 4 hingga 17 tahun memiliki kondisi mata minus yang tidak terdeteksi. Hal ini menunjukkan rendahnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya pemeriksaan mata rutin.
Langkah Preventif untuk Masa Depan Anak
Dr. Andri menekankan pentingnya langkah preventif melalui program Permadani. Menurutnya, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemeriksaan mata masih rendah. Banyak orang tua baru menyadari masalah ini setelah gejala memburuk.
"Padahal, dengan diagnosis dini, hingga 80 persen gangguan penglihatan pada anak dapat dicegah atau dikontrol dengan baik,” ungkapnya.
Kampanye Permadani mencakup rangkaian kegiatan edukasi, pemeriksaan mata gratis di sekolah-sekolah, dan kampanye sosial untuk mendorong orang tua lebih peduli terhadap kesehatan mata anak.
Menurut Dr. Andri, kebiasaan memeriksakan mata secara rutin adalah investasi penting untuk memastikan penglihatan yang sehat dan mendukung masa depan anak.
Tantangan Myopia Boom dan Solusi VIO Optical Clinic
Lebih jauh Andri mengungkapkan bahwa fenomena Myopia Boom – peningkatan kasus mata minus akibat penggunaan gadget yang intens selama pandemi – menjadi salah satu pemicu lonjakan gangguan refraksi pada anak-anak.
“Aktivitas jarak dekat yang semakin intens selama beberapa tahun terakhir telah berkontribusi pada lonjakan kasus myopia. Kondisi ini menuntut adanya tindakan pencegahan yang lebih efektif untuk membantu mengontrol perkembangan mata minus sejak dini,” jelas Dr. Andri.
Menurut prediksi para ahli kesehatan mata internasional, prevalensi myopia diperkirakan meningkat hingga 49,1% dari populasi dunia pada tahun 2050. Selain myopia, anak-anak juga rentan terhadap gangguan penglihatan lain seperti astigmatisme, amblyopia (mata malas), dan strabismus (mata juling), yang sering kali dipengaruhi oleh faktor genetik atau pola hidup.
Dr. Andri memastikan bahwa VIO Optical Clinic terus berkomitmen memberikan layanan kesehatan mata terbaik dengan pendekatan personal yang didukung teknologi terkini. Ia juga mengajak seluruh orang tua untuk lebih peduli terhadap kesehatan mata anak-anak mereka.
“Pemeriksaan mata rutin dapat menjadi langkah awal untuk memastikan penglihatan yang sehat demi mendukung masa depan mereka. Lindungi masa depan anak dengan pemeriksaan mata di VIO Optical Clinic sekarang juga,” pungkasnya.
Bagi orang tua yang ingin melakukan pemeriksaan atau terapi mata minus untuk anak-anak, VIO Optical Clinic dapat dikunjungi di cabang Green Lake City, tepatnya di Rukan Crown Blok F no.1, Petir, Cipondoh, Kota Tangerang.
Fiqih Ulyana