
DI ERA serba digital seperti sekarang, banyak anak yang lebih tertarik bermain gadget daripada membuka buku.
Padahal, kemampuan membaca bukan hanya soal bisa mengenali huruf, tapi juga memahami, menganalisis, dan menyerap informasi secara mendalam.
Sayangnya, rendahnya minat baca anak di Indonesia masih menjadi tantangan besar yang harus dihadapi bersama.
Baca Juga
Berdasarkan pernyataan Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando yang mengutip data dari UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah, dengan rasio hanya 1:1000. Artinya, dari 1000 orang, hanya 1 yang memiliki minat baca yang tinggi.
Tingkat Gemar Membaca Indonesia Kategori Sedang
Meski terdapat peningkatan, sejatinya kita belum bisa berbangga diri. Nilai Tingkat Gemar Membaca (TGM) Indonesia pada tahun 2024 memang naik dari 66,70 menjadi 72,44, seperti rilis berita di laman resmi Perpusnas.
Namun, angka tersenut masih menempatkan Indonesia pada kategori “sedang”—sebuah status yang ironis bagi negara dengan populasi ratusan juta jiwa dan masa depan yang digantungkan pada generasi melek informasi.
Kenaikan ini turut sejalan dengan peningkatan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM), yang mencapai 73,52 pada tahun 2024, naik 5,9% dari tahun sebelumnya. Bahkan, nilai ini telah melampaui target Renstra Perpustakaan Nasional (2020–2024) sebesar 15,00.
Tapi mari kita jujur, apakah capaian-capaian numerik ini sungguh merefleksikan masyarakat yang membaca karena kebutuhan berpikir dan bukan sekadar menggugurkan program?
Statistik boleh naik, tapi budaya baca belum tentu tumbuh. Buku masih kalah dengan gawai, dan literasi sering dikerdilkan menjadi sekadar kemampuan mengenal huruf, bukan memahami gagasan.
Meski nada pesimis ini mencuat, kita tetap berharap—semoga tingkat daya baca Indonesia benar-benar meningkat dari tahun ke tahun, bukan hanya dalam angka, tapi dalam makna.
Ini tentu menjadi peringatan keras bagi orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan. Salah satu akar masalahnya terletak pada masa kanak-kanak—ketika kebiasaan membaca belum dibentuk secara optimal.
Faktor seperti kurangnya akses buku yang menarik, minimnya waktu luang berkualitas bersama anak, hingga kebiasaan orang tua yang lebih sering memberi gadget daripada bacaan, membuat anak tumbuh dengan jarak yang jauh dari budaya literasi.
10 Cara Efektif Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak
Agar anak-anak Indonesia tumbuh dengan kecintaan terhadap membaca, orang tua dan guru bisa menerapkan beberapa strategi berikut:
1. Jadikan Membaca sebagai Aktivitas Harian yang Menyenangkan
Bacakan buku sebelum tidur, atau luangkan waktu 15–30 menit setiap hari untuk membaca bersama. Buat momen ini jadi waktu yang hangat dan menyenangkan, bukan kewajiban.
2. Pilih Buku Sesuai Usia dan Minat Anak
Anak-anak akan lebih tertarik membaca jika buku yang disuguhkan sesuai dengan minat mereka. Misalnya, buku bergambar untuk usia dini, atau cerita petualangan untuk usia sekolah dasar.
3. Ciptakan Sudut Baca yang Nyaman di Rumah
Tidak perlu mewah, cukup tempat tenang dengan rak kecil, karpet, dan pencahayaan yang baik. Anak akan lebih betah membaca jika ruangannya mendukung.
4. Berikan Teladan, Orang Tua juga Harus Membaca
Anak cenderung meniru. Jika orang tua terlihat sering membaca buku atau koran, anak akan menganggap membaca sebagai aktivitas menarik.
5. Gunakan Teknologi Secara Positif
Alih-alih melarang gadget sepenuhnya, gunakan aplikasi edukatif atau e-book interaktif yang bisa menstimulasi minat baca anak dengan cara yang modern.
6. Kunjungi Perpustakaan atau Toko Buku secara Rutin
Ajak anak berkunjung ke tempat-tempat yang penuh buku. Libatkan mereka dalam memilih buku yang ingin dibaca. Ini memberikan rasa kepemilikan dan antusiasme tersendiri.
7. Beri Pujian dan Penghargaan Sederhana
Setiap kali anak selesai membaca buku, beri apresiasi, bisa dengan pujian, stiker, atau hadiah kecil. Ini akan memotivasi mereka untuk terus membaca.
8. Diskusikan Isi Buku Bersama Anak
Setelah membaca, tanyakan pendapat anak tentang cerita atau karakter dalam buku. Ini akan melatih daya pikir kritis dan pemahaman mereka.
9. Gabung Komunitas Baca Anak atau Klub Buku Mini
Banyak komunitas membaca anak kini tersedia secara online maupun offline. Lingkungan yang mendukung akan memperkuat kebiasaan membaca anak.
10. Sabar dan Konsisten
Menumbuhkan kebiasaan membaca bukan proses instan. Terus dampingi anak dengan sabar dan jadikan proses ini bagian dari rutinitas harian.
Investasi Masa Depan Dimulai dari Hal Kecil
Kemampuan membaca yang baik bukan hanya membantu anak sukses secara akademis, tetapi juga membentuk karakter, empati, dan kecerdasan emosional.
Di tengah gempuran teknologi dan hiburan instan saat ini, kita sebagai orang tua memiliki peran besar untuk menanamkan kecintaan membaca sejak dini.
Dengan langkah kecil namun konsisten, kita yakin dan percaya anak kita dan anak anak Indonesia secara umum bisa tumbuh menjadi generasi yang cerdas, kritis, dan berbudaya literasi tinggi. Mari mulai dari rumah, mulai dari sekarang.[]