Belajar Efektif Jelang Ujian, Kolaborasi Siswa dan Orang Tua Jadi Kunci Sukses

Muhammad Hidayat

AnakPendidikan

MENGHADAPI musim ujian sering kali jadi momen penuh tekanan, baik bagi siswa maupun orang tua. Tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi, ekspektasi sosial, serta waktu belajar yang terbatas bisa memicu stres berlebih.

Tapi tenang, ada banyak strategi revisi (ulangan materi) yang bisa diterapkan agar proses belajar lebih efektif dan tidak membuat stres kronis alias burnout.

Berdasarkan beberapa tips dari pakar pendidikan yang kami rangkum Parentnial dari berbagai sumber, ada pendekatan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan peran aktif orang tua.

Nah, yuk kita bahas satu per satu dan adaptasikan dengan kondisi kita!

1. Jangan Cuma Ngejar Waktu Belajar, Tapi Kualitasnya

Banyak yang berpikir bahwa belajar selama berjam-jam adalah kunci keberhasilan. Padahal, menurut para ahli, belajar dalam sesi pendek tapi fokus justru lebih efektif.

Teknik seperti Pomodoro (25 menit belajar, 5 menit istirahat) bisa bantu meningkatkan konsentrasi dan daya serap otak. Daripada belajar 5 jam non-stop yang bikin lelah dan stres, lebih baik 2 jam tapi terfokus.

2. Bikin Jadwal Revisi yang Realistis

Salah satu kesalahan umum adalah memaksakan jadwal belajar yang tidak masuk akal. Sejumlah ahli pun memberi saran untuk membuat timetable atau jadwal belajar yang fleksibel tapi teratur.

Kamu bisa gunakan warna atau kode untuk membedakan mata pelajaran. Hal ini bisa diaplikasikan, misalnya, dengan memakai Google Calendar atau bahkan jadwal manual di buku catatan.

3. Orang Tua Bukan Mengontrol, Tapi Mendukung

Sering kali orang tua terlalu menekan anak untuk belajar, bahkan ikut mengatur seluruh aktivitasnya. Padahal, peran orang tua yang ideal adalah sebagai support system.

Sebagai pendukunh, orang tua meski menyediakan lingkungan yang tenang, menyediakan makanan sehat, dan memberi semangat, bukan tekanan. Menurut psikolog, rasa dihargai dan didukung justru meningkatkan motivasi intrinsik siswa.

4. Belajar Secara Aktif, Bukan Pasif

Hindari cuma membaca catatan atau mendengarkan rekaman. Coba aktifkan otak dengan membuat mind map, kuis kecil, atau menjelaskan materi ke teman/keluarga. Ini disebut active recall, salah satu metode belajar paling ampuh menurut riset neuroscience.

5. Istirahat Itu Penting, Jangan Sampai Ditinggalin

Belajar nonstop justru kontraproduktif. Siswa perlu tidur cukup agar otak bisa menyerap informasi dengan maksimal. Tidur 7–8 jam per malam, olahraga ringan, dan kegiatan santai seperti jalan sore atau nonton film bisa bantu recharge energi.

Jangan Bandingkan Diri dengan Orang Lain

Media sosial kadang membuat siswa merasa “tertinggal” karena melihat teman yang terlihat lebih siap. Ingat, setiap orang punya ritme belajar sendiri. Fokus ke proses diri sendiri dan terus berkembang sedikit demi sedikit.

Evaluasi Diri dan Terima Kekurangan

Setelah ujian, penting untuk melakukan evaluasi—apa yang bisa diperbaiki, dan apa yang sudah dilakukan dengan baik. Mentalitas berkembang (growth mindset) jauh lebih sehat daripada terpaku pada nilai semata.

Berbasis Pemahaman dan Berpikir Kritis

Di negeri kita, tekanan ujian nasional (meski kini diganti dengan AKM) dan seleksi masuk perguruan tinggi masih jadi tantangan besar.

Sistem pendidikan yang masih cenderung berbasis hafalan memperparah tekanan siswa. Banyak siswa terpaksa ikut les tambahan hingga larut malam dan kekurangan waktu istirahat.

Solusinya bukan hanya di tangan siswa, tapi juga orang tua dan institusi pendidikan. Sekolah bisa mulai mengedepankan pendekatan pembelajaran berbasis pemahaman dan berpikir kritis.

Orang tua perlu mengubah mindset dari “hasil akhir” ke “proses belajar” yang menyenangkan. Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif antara siswa, orang tua, dan guru, tekanan ujian bisa lebih terkelola.

Selain itu, penting juga untuk memperkenalkan literasi emosional sejak dini agar anak bisa mengelola stres dan tekanan dengan lebih bijak.

Bahkan di semua negara, isu tekanan belajar dan ujian adalah hal yang universal. Namun dengan strategi yang tepat dan dukungan lingkungan, proses revisi bisa jadi momen yang produktif, bukan menyiksa.

Ingat, sukses bukan ditentukan dari satu ujian, tapi dari perjalanan panjang pembelajaran seumur hidup.[]

Baca Juga Lainnya

Nama Bayi Kembar Perempuan

50 Pasang Nama Bayi Kembar Perempuan Dan Artinya

Parentnial Newsroom

Di tengah euforia belanja perlengkapan bayi dan mempersiapkan kamar mungil mereka, ada satu hal penting yang nggak boleh terlewat: memilih ...

Peacock Parenting, Gaya Didik Kekinian yang Terlalu Fokus ke Pencitraan Anak

Fadliyah Setiawan

KAMU pernah denger istilah “peacock parenting”? Bukan, ini bukan tentang burung merak yang suka pamer bulu. Tapi gaya parenting baru ...

Aku Bukan Cuma Ibu, Mencari Jati Diri di Balik Peran Ibu Rumah Tangga

Fiqih Ulyana

PERNAH gak sih kamu ngerasa kayak kehilangan nama sendiri setelah jadi ibu? Tiba-tiba semua orang manggil kamu “Ibunya Aisyah”, “Mamanya ...

Tantangan dan Tren Baru Kepengasuhan 2025 yang Harus Dipahami Orangtua Masa Kini

Parentnial Newsroom

KITA telah menjalani setengah dari awal bulan tahun baru 2025, dan kepengasuhan (parenting) menjadi salah satu aspek kehidupan yang terus ...

Nama Bayi Perempuan Jepang

300 Nama Bayi Perempuan Jepang yang Indah dan Bermakna.

Parentnial Newsroom

Memilih nama bayi adalah keputusan penting yang akan memengaruhi identitas seseorang sepanjang hidup mereka. Proses ini melibatkan berbagai pertimbangan, mulai ...

Katanya Bikin Anak Sukses, Nyatanya 7 Nasihat Ini Cuma Bikin Ribet!

Hasni Rania

PARENTING itu emang nggak ada buku manualnya yang pasti. Tapi, bukan berarti semua nasihat dari orang dulu itu cocok diterapin ...