Berantakan Tapi Bahagia, Sisi Lain dari Hidup yang Nggak Rapi-Rapi Banget

Keluargapedia Staf

Keseharian

KALAU kamu termasuk orang yang kamarnya sering kayak habis perang, berantakan, meja kerja penuh kertas, atau baju numpuk di kasur, tenang… itu parah sih, apalagi kalo kamu cewek. Eit, bercanda, hehe.

Kamu nggak sendirian kok. Di budaya kita yang sering menilai kerapian sebagai tanda orang rajin dan teratur, hidup yang berantakan kadang dipandang sebelah mata. Tapi, tahukah kamu kalau jadi “si berantakan” bukan berarti kamu nggak punya masa depan?

Serius, banyak riset dan pengalaman yang justru menunjukkan bahwa orang yang hidupnya berantakan bisa punya kelebihan tersendiri.

Baca Juga

Nah, daripada terus-terusan merasa bersalah karena kamar nggak estetik buat difoto, mending kita bahas yuk kenapa hidup berantakan itu kadang justru jadi kekuatan.

1. Kreativitas Lahir dari Kekacauan

Pernah denger istilah “kreatif itu random”? Yup, itu ada benarnya. Banyak orang kreatif—kayak seniman, penulis, bahkan ilmuwan—justru punya lingkungan kerja yang berantakan. Kenapa? Karena otak mereka sibuk banget mikir ide-ide out of the box, sampai urusan rapi-rapi jadi prioritas terakhir.

Di banyak tempat, kita bisa lihat tidak sedikit musisi atau pelaku seni yang “berantakan” gaya hidupnya, tapi karyanya luar biasa. Ini bukan soal malas, tapi soal prioritas. Otak kreatif kadang lebih fokus ke proses penciptaan daripada penampilan fisik ruang kerjanya.

2. Berantakan Bisa Jadi Tanda Kamu Multitasking

Kamu sering ngerasa sibuk banget sampe nggak sempat beresin tempat tidur? Bisa jadi kamu memang lagi produktif banget. Banyak orang berantakan karena mereka multitasking: kerja sambil belajar, ngurus rumah sambil usaha online, atau bahkan ngatur konten sambil ngasuh adik.

Dalam kultur kita, terutama di kalangan anak muda yang hidupnya penuh tekanan buat “sukses di usia muda”, wajar banget kalau rapi-rapi itu kalah penting dibanding kerja keras. Lagipula, siapa sih yang sempat vakum lantai tiap hari kalau deadline numpuk?

3. Ruangan Berantakan Bisa Mewakili Pikiran Bebas

Lingkungan yang terlalu rapi kadang bikin orang merasa tertekan. Ruang yang “hidup”—dengan barang-barang tersebar di mana-mana—justru bisa kasih rasa nyaman dan membebaskan. Ini bisa jadi bentuk ekspresi diri juga, loh.

Di Indonesia, kita cenderung diajarin sejak kecil untuk selalu “tampil baik” dan “jaim”. Tapi makin ke sini, generasi muda mulai sadar bahwa hidup itu nggak harus selalu sempurna. Nggak rapi bukan berarti kamu nggak bisa punya hidup yang bermakna.

4. Banyak Orang Hebat Juga Berantakan

Fun fact: Albert Einstein, Mark Twain, bahkan Steve Jobs dikenal punya meja kerja yang super berantakan. Tapi ya, siapa sih yang bisa bilang mereka nggak sukses?

Buat kamu yang sering dibilang “nggak beres” cuma karena kamar kayak kapal pecah, ingat aja: ukuran nilai seseorang nggak ditentukan dari seberapa sering dia nyapu kamar. Selama kamu tahu di mana letak barangmu (meski kelihatannya acak-acakan), itu udah cukup!

5. Tapi Tetap Harus Seimbang, Bro!

Eits, meskipun hidup berantakan itu bukan dosa besar, bukan berarti kamu bisa males-malesan terus. Apalagi sampai jorok banget karena gak jaga kebersihan.

Semua harus ada batasnya. Kalau kekacauan udah bikin kamu stress, lupa barang, atau ganggu orang lain di rumah, ya berarti udah waktunya beberes dikit.

Coba mulai dari hal kecil: atur jadwal bersih-bersih mingguan, atau sediakan satu sudut khusus buat “berantakan dengan aman”. Jadi, kamu bisa tetap ekspresif tanpa bikin rumah kayak zona perang.

Di dunia yang serba estetik dan rapi-rapi buat konten, jadi orang berantakan bisa bikin kamu merasa nggak cukup baik.

Tapi percaya deh, hidup bukan kompetisi siapa paling rapi. Yang penting, kamu tahu apa yang kamu kerjakan, nggak ganggu orang, kamu nyaman dengan dirimu sendiri, dan kamu terus berkembang.

Hidup bukan tentang meja kerja yang kinclong, tapi tentang isi kepala dan hati yang penuh ide dan semangat. Jadi, buat kamu si anak berantakan, peluk kekacauanmu… tapi jangan lupa atur ulang sesekali ya!

Baca Juga Lainnya

Potret Nikah Cerai di Kaltim Tahun 2024, Menelusuri Jejak Cinta dan Perpisahan

Parentnial Newsroom

TIDAK ada yang lebih menggugah hati daripada angka-angka yang membisikkan cerita di balik kehidupan manusia. Setidaknya, itulah yang mencuat saat ...

Pelajaran dari ‘Adolescence’ Serial Netflix yang Menggugah tentang Kekerasan Remaja

Rahmat Hidayat

SERIAL drama Inggris terbaru, “Adolescence,” yang dirilis di Netflix pada 13 Maret 2025, telah menjadi fenomena global dengan lebih dari ...

Analisis Data Perceraian di Jakarta Barat 2025, Biang Keroknya Ekonomi dan Selingkuh

Fadliyah Setiawan

APA sebenarnya yang mendorong ratusan pasangan di Jakarta Barat mengakhiri ikatan suci pernikahan mereka? Data terbaru dari Pengadilan Agama Jakarta ...

Peacock Parenting, Gaya Didik Kekinian yang Terlalu Fokus ke Pencitraan Anak

Fadliyah Setiawan

KAMU pernah denger istilah “peacock parenting”? Bukan, ini bukan tentang burung merak yang suka pamer bulu. Tapi gaya parenting baru ...

Pelajaran dari Kasus Baim dan Paula, Mengapa Netizen Perlu Menghormati Batas Privasi

Muhammad Hidayat

DI masa masa seperti sekarang dimana akses informasi begitu mudahnya dan ruang digital yang serba terhubung, kehidupan pribadi figur publik ...

Ketika Hubungan Baru Terasa Kayak Ulangan Masa Lalu

Keluargapedia Staf

PERNAH nggak sih, kamu ngerasa kayak hubunganmu yang sekarang tuh mirip banget sama yang dulu? Bahkan pola berantemnya, sikap pasangan, ...