
ORANGTUA masa kini tidak hanya dituntut untuk mencukupi kebutuhan fisik dan pendidikan formal anak, tetapi juga wajib menanamkan nilai-nilai moral yang menjadi fondasi perilaku sosial.
Di tengah pesatnya kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, tantangan dalam mendidik anak, pengajaran tata krama atau etika dasar menjadi semakin semakin kompleks.
Kita yang lahir tahun 90-an tentu masih mendapatkan pengajaran tentang tinggi nilai-nilai kesopanan.
Baca Juga
Gen Z atau anak anak generasi zaman sekarang mungkin dibekali juga nilai nilai ini. Namun, tantangan di lapangan menunjukkan adanya degradasi nilai dalam interaksi sehari-hari, terutama di era media sosial.
Maka, mari kita telaah tujuh kebiasaan baik atau good manners yang penting diajarkan kepada anak-anak agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tapi juga santun dan berempati.
1. Mengucapkan “Tolong” dan “Terima Kasih”
Dua kata sederhana ini sering terlupakan, padahal memiliki dampak besar dalam interaksi sosial.
Mengajarkan anak untuk berkata “tolong” saat meminta sesuatu, dan “terima kasih” setelah menerima bantuan, melatih mereka untuk menghargai orang lain.
Ucapan ini adalah bentuk dasar dari rasa hormat dan pengakuan terhadap kontribusi orang lain. Budaya ini sejalan dengan nilai gotong royong dan kesantunan.
Dalam kehidupan sehari-hari, membiasakan anak mengucapkan kata-kata ajaib ini dapat membangun karakter rendah hati dan tidak egois.
2. Menghormati Orang yang Lebih Tua
Nilai ini sangat kental dalam budaya timur, termasuk Indonesia. Sayangnya, di era digital, di mana anak-anak terbiasa berinteraksi di ruang virtual tanpa batas usia atau status, rasa hormat bisa kabur batasannya.
Ajarkan anak untuk menyapa orang tua, tidak memotong pembicaraan, menyimpan HP saat berbicara dengan orang lain dan melihat wajahnya, serta selalu berbicara dengan nada yang sopan.
Hormat tidak berarti takut, melainkan pengakuan atas pengalaman dan peran orang lain dalam hidup kita.
3. Menunggu Giliran dan Tidak Memotong Pembicaraan
Dalam dunia yang serba cepat, kemampuan menunggu giliran atau antri menjadi tantangan tersendiri.
Anak-anak perlu dilatih untuk sabar dan belajar bahwa setiap orang berhak atas waktunya sendiri.
Menunggu giliran mengajarkan keadilan dan kesabaran—dua nilai yang sangat relevan untuk membentuk masyarakat yang inklusif dan demokratis.
Kebiasaan ini juga penting dalam konteks diskusi di sekolah atau dalam kegiatan kelompok.
Anak yang terbiasa tidak memotong pembicaraan cenderung lebih mampu bekerja sama dan mendengarkan secara aktif.
4. Minta Maaf dan Mengakui Kesalahan
Mengajarkan anak untuk berani mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah pelajaran penting tentang tanggung jawab dan integritas.
Dalam budaya kita, meminta maaf masih sering diartikan sebagai kelemahan. Padahal, justru sebaliknya—itu adalah kekuatan moral.
Orang tua bisa mulai dari hal kecil: saat anak tidak sengaja menjatuhkan barang, dorong dia untuk berkata, “Maaf, saya akan perbaiki.” Ini akan membentuk sikap bertanggung jawab sejak dini.
5. Menjaga Kebersihan Diri dan Lingkungan
Etika bukan hanya soal interaksi sosial, tapi juga mencakup kepedulian terhadap lingkungan.
Mengajarkan anak membuang sampah pada tempatnya, mencuci tangan sebelum makan, dan menjaga kebersihan kamar adalah bentuk tanggung jawab sosial.
Kesadaran ini penting di tengah isu lingkungan yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia.
Dengan menjadikan kebersihan sebagai kebiasaan, kita tidak hanya menjaga kesehatan, tetapi juga masa depan bumi.
6. Mengenalkan Empati Sejak Dini
Empati adalah akar dari perilaku baik lainnya. Anak-anak yang bisa merasakan perasaan orang lain cenderung lebih bijak dalam bertindak.
Cara termudah menanamkan empati adalah dengan bercerita—dongeng, buku anak, atau pengalaman sehari-hari.
Di tengah naiknya kasus perundungan (bullying) di sekolah-sekolah Indonesia, menanamkan empati bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan.
7. Menghargai Privasi dan Batasan Orang Lain
Menghargai privasi ini adalah nilai baru yang makin penting seiring meningkatnya eksistensi digital.
Anak-anak perlu paham bahwa tidak semua hal boleh dibagikan, tidak semua orang bisa didekati seenaknya.
Menghormati ruang pribadi orang lain, baik secara fisik maupun digital, adalah etika modern yang wajib diajarkan.
Ajari anak untuk mengetuk pintu sebelum masuk kamar, atau meminta izin sebelum mengambil foto teman. Ini sederhana, namun sangat berpengaruh dalam membentuk rasa hormat terhadap sesama.
Menanamkan Etika, Menumbuhkan Harapan
Menanamkan tata krama pada anak bukan pekerjaan instan. Ia membutuhkan teladan, konsistensi, dan kesabaran.
Namun, jika ditanamkan dan dipupuk secara konsisten, hasilnya akan melampaui nilai akademik mana pun.
Anak yang tahu cara bersikap akan lebih mudah beradaptasi, diterima di lingkungan sosial, dan menjadi pemimpin yang bijaksana.
Di tengah arus globalisasi dan digitalisasi yang membawa nilai permisif, nilai-nilai ini menjadi jangkar yang menjaga anak tetap berpijak pada kemanusiaan.
Mari, sebagai orang tua, pendidik, dan masyarakat, kita bersama-sama menumbuhkan generasi yang tidak hanya pintar, tapi juga beradab.[]