Cewek Zaman Sekarang Ogah Pacaran? Ini Fakta di Balik Fenomena Heteropessimisme!

Parentnial Newsroom

Hubungan

DI ERA digital kayak sekarang, tren soal hubungan percintaan makin kompleks. Bukan cuma soal ghosting atau red flags, tapi ada istilah baru yang mulai rame dibahas: heteropessimisme.

Fenomena ini bikin banyak cewek muda, terutama dari generasi milenial dan Gen Z, jadi makin skeptis bahkan ogah buat menjalin hubungan romantis sama cowok.

Tapi, sebenernya apa sih heteropessimisme itu? Kenapa banyak cewek sekarang lebih milih jomblo ketimbang pacaran? Yuk, kita bahas lebih dalam bareng-bareng!

Apa Itu Heteropessimisme?

Heteropessimisme adalah sikap negatif atau pesimis terhadap hubungan heteroseksual—khususnya hubungan antara perempuan dan laki-laki. Cewek-cewek yang ngerasa heteropessimis biasanya punya pandangan kayak, “Ngapain sih pacaran, cowok cuma bawa drama,” atau “Cowok tuh ga pernah ngerti perempuan, mending sendiri aja.”

Istilah ini pertama kali ngehits di dunia akademik dan sekarang mulai nyebar di media sosial. Banyak banget cewek muda yang posting curhatan di Twitter, TikTok, sampai Instagram soal pengalaman buruk mereka sama cowok. Dari yang diselingkuhin, di-ghosting, sampe diremehin secara emosional—semua jadi bahan cerita viral yang akhirnya memperkuat sikap heteropessimis.

Faktor-Faktor Penyebab Heteropessimisme

  1. Pengalaman Buruk di Hubungan Sebelumnya

Banyak perempuan yang udah pernah pacaran, tapi hubungannya malah bikin trauma. Cowoknya posesif, toxic, atau malah selingkuh. Setelah ngalamin hal-hal kayak gitu, nggak heran kalau mereka jadi males buat coba lagi.

  1. Ekspektasi yang Nggak Seimbang

Di banyak budaya (termasuk di Indonesia), cewek sering dituntut untuk “mengalah” dan “mengerti” pasangan. Sementara cowoknya bebas bersikap sesuka hati. Cewek-cewek sekarang makin sadar akan hal ini, dan mereka gak mau terus-terusan jadi pihak yang “mengorbankan”.

  1. Dampak Media Sosial

Sosmed jadi tempat curhat sekaligus panggung buat buka mata. Cewek bisa lihat pengalaman-pengalaman orang lain dan relate banget. Akhirnya, muncul persepsi kalau cowok-cowok emang gak bisa diandalkan dalam hubungan jangka panjang. Algoritma juga suka “ngasih makan” konten-konten toxic relationship, jadi makin terbentuk mindset negatif.

  1. Perubahan Nilai Hidup

Cewek sekarang lebih fokus sama karier, pendidikan, dan self-love. Banyak yang mikir, “Ngapain repot-repot pacaran, kalau sendiri juga bahagia?” Apalagi, nilai-nilai kayak mandiri dan punya kontrol atas hidup sendiri makin diagungin di kalangan perempuan muda.

Apakah Heteropessimisme Itu Salah?

Nggak ada yang salah dengan punya sikap kritis terhadap hubungan, apalagi kalau itu jadi bentuk perlindungan diri. Tapi, kalau dibiarkan terus-terusan, bisa bikin kita jadi terlalu sinis dan menutup diri dari kemungkinan hubungan yang sehat.

Yang perlu diingat, nggak semua cowok itu sama. Emang sih, banyak yang brengsek, tapi ada juga yang dewasa, suportif, dan mau tumbuh bareng. Intinya, heteropessimisme bukan solusi jangka panjang—tapi sinyal bahwa sistem relasi antara cowok dan cewek perlu dibenahi.

Menuju Hubungan yang Lebih Sehat

  1. Edukasi Emosional Buat Cowok

Penting banget ngajarin cowok buat ngerti emosi, komunikasi, dan empati. Biar gak cuma cewek yang dituntut buat ngerti, tapi cowok juga paham cara jadi pasangan yang suportif.

  1. Self-Healing dan Self-Awareness

Buat cewek, penting juga buat sembuhin luka lama dan belajar bedain antara trauma pribadi dengan potensi hubungan baru. Jangan biarin masa lalu jadi penjara buat masa depan.

  1. Bangun Budaya Relationship yang Setara

Relasi yang sehat itu butuh komunikasi terbuka dan kesetaraan. Udah saatnya kita ninggalin pola-pola lama yang patriarkis, dan mulai bangun hubungan yang based on respect & mutual support.

Jangan Tutup Pintu Cinta

Heteropessimisme jadi cermin bahwa banyak hal dalam relasi cowok-cewek yang perlu dibenerin. Tapi bukan berarti kita harus menyerah sepenuhnya sama cinta.

Yang penting, kita tahu apa yang kita mau, kita butuh, dan kita pantas dapetin. Mau menikah atau enggak, yang penting tetap sadar, waras, dan bahagia.

Baca Juga Lainnya

Potret Nikah Cerai di Kaltim Tahun 2024, Menelusuri Jejak Cinta dan Perpisahan

Parentnial Newsroom

TIDAK ada yang lebih menggugah hati daripada angka-angka yang membisikkan cerita di balik kehidupan manusia. Setidaknya, itulah yang mencuat saat ...

Pelajaran dari ‘Adolescence’ Serial Netflix yang Menggugah tentang Kekerasan Remaja

Rahmat Hidayat

SERIAL drama Inggris terbaru, “Adolescence,” yang dirilis di Netflix pada 13 Maret 2025, telah menjadi fenomena global dengan lebih dari ...

Analisis Data Perceraian di Jakarta Barat 2025, Biang Keroknya Ekonomi dan Selingkuh

Fadliyah Setiawan

APA sebenarnya yang mendorong ratusan pasangan di Jakarta Barat mengakhiri ikatan suci pernikahan mereka? Data terbaru dari Pengadilan Agama Jakarta ...

Peacock Parenting, Gaya Didik Kekinian yang Terlalu Fokus ke Pencitraan Anak

Fadliyah Setiawan

KAMU pernah denger istilah “peacock parenting”? Bukan, ini bukan tentang burung merak yang suka pamer bulu. Tapi gaya parenting baru ...

Pelajaran dari Kasus Baim dan Paula, Mengapa Netizen Perlu Menghormati Batas Privasi

Muhammad Hidayat

DI masa masa seperti sekarang dimana akses informasi begitu mudahnya dan ruang digital yang serba terhubung, kehidupan pribadi figur publik ...

Ketika Hubungan Baru Terasa Kayak Ulangan Masa Lalu

Keluargapedia Staf

PERNAH nggak sih, kamu ngerasa kayak hubunganmu yang sekarang tuh mirip banget sama yang dulu? Bahkan pola berantemnya, sikap pasangan, ...