
SIAPA sangka, seorang pria berusia 45 tahun yang hidup sehat, aktif berolahraga, dan tidak pernah menyentuh rokok bisa terkena kanker paru-paru stadium akhir?
Inilah kisah nyata yang dialami oleh Chad Dunbar, seorang pria dari Utah, Amerika Serikat, yang menjadi sorotan karena bertolak belakang dengan pemahaman umum bahwa kanker paru hanya menyerang perokok aktif.
Kisah ini membawa kita pada satu kenyataan penting — kanker paru bukan hanya milik perokok. Ada banyak faktor lain yang bisa menjadi pemicunya.
Baca Juga
Setelah menerima diagnosis, Dunbar sempat menyangkal kenyataan tersebut dan diliputi oleh banyak pertanyaan.
Namun kini, ia memilih untuk bersuara demi meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya mengenali tanda-tanda penyakit, khususnya kanker paru-paru, yang kerap kali tidak disadari hingga mencapai tahap lanjut.
Meski gaya hidupnya tergolong sehat, Dunbar tetap divonis menderita penyakit tersebut.
Ia berbagi pengalamannya untuk menunjukkan bahwa siapa pun dapat terjangkit, tak terkecuali mereka yang menjalani pola hidup aktif dan tidak merokok.
“Tidak pernah merokok dan selalu aktif. Baru saja menempuh jarak 4.800 km dengan sepeda gunung saya musim itu,” ujar Dunbar, seperti dikutip Parentnial dari Daily Mail.
Melalui pernyataan itu, ia ingin menekankan bahwa kanker paru-paru tidak selalu berkaitan langsung dengan kebiasaan merokok saja, dan penting bagi setiap orang untuk memperhatikan perubahan pada tubuh mereka, sekecil apa pun gejalanya.
Ia pun mengajak semua orang untuk lebih peduli terhadap kesehatan diri dan tidak mengabaikan tanda-tanda yang tampaknya sepele.
“Tetap waspada teman-teman,” lanjutnya.
Dalam kasus pria ini, tak ditemukan riwayat merokok atau paparan zat kimia berbahaya dalam kesehariannya. Lantas, bagaimana bisa seseorang dengan gaya hidup sehat masih terkena penyakit mematikan ini?
Fakta di Balik Kanker Paru pada Non-Perokok
Secara medis, kanker paru pada non-perokok bukan hal baru. Menurut data dari American Cancer Society, sekitar 10–20% dari kasus kanker paru di dunia terjadi pada orang yang tidak pernah merokok. Di antara penyebab lainnya adalah:
- Udara yang tercemar, terutama di kota-kota besar, mengandung partikel halus (PM2.5) yang bisa menembus jauh ke dalam paru-paru dan merusak jaringan.
- Tinggal serumah atau bekerja dengan perokok aktif meningkatkan risiko.
- Riwayat keluarga yang pernah terkena kanker paru meningkatkan kemungkinan terkena penyakit ini meski tidak merokok.
- Gas radioaktif alami yang bisa terkumpul di dalam rumah tanpa disadari.
- Dalam beberapa kasus, infeksi yang sering kambuh bisa menyebabkan kerusakan jaringan dan mutasi sel.
Mengapa Gejalanya Sering Terlambat Disadari?
Salah satu alasan utama mengapa kanker paru kerap terdiagnosis pada stadium lanjut adalah karena gejalanya cenderung tidak khas.
Batuk yang tak kunjung sembuh, sesak napas ringan, kelelahan, hingga nyeri dada sering kali dianggap sebagai gangguan biasa — terutama bagi orang yang tidak merasa punya faktor risiko seperti merokok.
Dalam kasus pria 45 tahun tersebut, diagnosis baru muncul ketika kondisi fisiknya sudah mulai memburuk drastis. Ia mengalami batuk kronis dan penurunan berat badan yang signifikan, yang kemudian mendorong pemeriksaan lebih lanjut.
Awalnya pun ia hanya merasa nyeri dan pembengkakan di salah satu betisnya, itupun karena ia baru saja menyelesaikan perjalanan dengan sepeda sejauh 4.800 km.
Di Indoensia Penyebab Kematian Tertinggi
Di Indonesia, kanker paru masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi akibat kanker. Sayangnya, kesadaran masyarakat tentang kanker paru pada non-perokok masih sangat rendah.
Budaya merokok yang tinggi, ditambah dengan buruknya kualitas udara di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, menambah beban risiko ini.
Masalah lain adalah minimnya deteksi dini. Banyak orang baru memeriksakan diri ketika gejala sudah berat, terutama karena keterbatasan akses layanan kesehatan, kurangnya edukasi, dan stigma seputar kanker sebagai “hukuman” atas gaya hidup buruk.
Saran dan Langkah Preventif
Agar kasus seperti ini tak terulang, ada beberapa langkah penting yang bisa diterapkan baik secara pribadi maupun sebagai masyarakat, sebagaimana dirangkum Parentnial dari berbagai sumber panduan medis berikut:
1. Pemeriksaan Kesehatan Rutin
Lakukan medical check-up secara berkala, terutama jika ada riwayat keluarga dengan penyakit kanker.
2. Perhatikan Lingkungan
Gunakan masker saat berada di area dengan polusi tinggi, dan pastikan sirkulasi udara di rumah atau kantor baik.
3. Edukasi dan Kampanye Kesehatan
Pemerintah dan lembaga kesehatan perlu gencar menyosialisasikan bahwa kanker paru bukan hanya akibat merokok, tapi bisa menyerang siapa saja.
4. Tekan Polusi Udara
Kebijakan pengurangan emisi kendaraan, pemantauan kualitas udara, dan penanaman pohon bisa menjadi langkah jangka panjang.
Kisah Chad Dunbar sebagai pria bugar yang terkena kanker paru stadium akhir ini membuka mata kita semua bahwa kesehatan bukan hanya soal menjauhi rokok.
Risiko bisa datang dari banyak sisi, termasuk dari hal-hal yang tidak kita sadari sehari-hari.
Sudah saatnya kita memperluas pemahaman tentang penyakit ini dan bergerak bersama untuk mencegahnya — mulai dari diri sendiri, keluarga, hingga kebijakan publik yang berpihak pada kesehatan.[]