Ini 5 Kebiasaan Pagi yang Menghambat Konsentrasi Anak, Akhirnya Ngambek Deh!

Hasni Rania

AnakParenting

MEMULAI hari dengan baik adalah fondasi bagi produktivitas dan kesehatan mental, tidak hanya bagi orang dewasa, tetapi juga bagi anak-anak.

Sayangnya, banyak orang tua yang tanpa sadar membuat kesalahan kecil di pagi hari yang justru berdampak besar pada fokus dan performa belajar anak di sekolah.

Dengan memperbaiki kebiasaan pagi hari, kita bukan hanya membantu anak lebih fokus di sekolah, tetapi juga membentuk generasi yang sehat, tangguh, dan siap menghadapi masa depan.

Inilah beberapa kesalahan yang kita lakukan di pagi hari sehingga anak mengalami mood yang buruk dan akhirnya ngambek, deh. Mungkin terkesan sepele, tapi bisa sangat impactfull terhadap gairah sang anak sepanjang hari.

1. Sarapan yang Tidak Seimbang atau Terlewat

Salah satu kesalahan paling umum adalah melewatkan sarapan atau memberikan makanan cepat saji yang tinggi gula dan rendah nutrisi.

Padahal, otak anak sangat membutuhkan energi dari makanan bergizi untuk memulai aktivitas kognitifnya.

Sarapan yang buruk atau tidak ada sama sekali menyebabkan turunnya kadar gula darah secara drastis, yang pada akhirnya membuat anak sulit berkonsentrasi, mudah lelah, dan cepat marah.

Sebaliknya, sarapan tinggi protein, serat, dan karbohidrat kompleks seperti telur, roti gandum, buah, dan susu rendah lemak dapat mendukung daya fokus dan energi anak sepanjang pagi.

2. Kurang Tidur dan Jadwal Tidur yang Tidak Konsisten

Banyak anak di era digital saat ini tidur terlalu larut karena penggunaan gawai berlebihan atau kegiatan ekstrakurikuler yang padat.

Kurang tidur menyebabkan otak anak tidak mendapat waktu pemulihan yang cukup, sehingga saat di sekolah, mereka cenderung mengantuk, mudah teralihkan, bahkan bisa mengalami gangguan perilaku.

Jadwal tidur yang tidak konsisten juga mengacaukan ritme sirkadian tubuh, membuat anak sulit bangun pagi dan merasa lesu sepanjang hari.

Karena otu, disiplin tidur yang konsisten dan waktu tidur cukup (sekitar 9–11 jam per malam untuk anak usia sekolah) sangat penting untuk mendukung fungsi kognitif dan emosi mereka.

3. Pagi yang Terburu-buru dan Penuh Teguran

Banyak keluarga mengalami pagi yang kacau seperti anak telat bangun, orang tua marah-marah, baju belum disetrika, sarapan tergesa-gesa, dan akhirnya anak berangkat sekolah dalam suasana tegang.

Lingkungan emosional seperti ini berdampak langsung pada kondisi mental anak saat di kelas. Anak yang berangkat dalam suasana stres lebih mudah kehilangan fokus dan motivasi belajar.

Mulailah ciptakan suasana pagi yang tenang dan positif dengan persiapan dari malam sebelumnya, seperti menyiapkan seragam, tas, dan jadwal pelajaran.

Bangunkan anak dengan lembut dan berikan waktu cukup untuk beraktivitas tanpa tekanan.

4. Minimnya Aktivitas Fisik Ringan di Pagi Hari

Aktivitas fisik ringan seperti peregangan, jalan kaki sebentar, atau bahkan bermain kecil di pagi hari bisa meningkatkan aliran darah ke otak dan memicu hormon kebahagiaan seperti endorfin.

Anak yang aktif secara fisik cenderung lebih siap untuk belajar dan memiliki fokus yang lebih tajam di kelas.

5. Terlalu Banyak Paparan Layar Sebelum Sekolah

Banyak anak menghabiskan waktu pagi mereka dengan menonton televisi atau bermain gadget. Ini bukan hanya membuang waktu yang bisa digunakan untuk kegiatan produktif, tetapi juga membanjiri otak anak dengan stimulasi visual yang bisa menurunkan kemampuan fokus di sekolah.

Gantilah waktu layar dengan aktivitas yang lebih menenangkan dan membangun, seperti membaca buku, mendengarkan musik santai, atau bercakap ringan bersama keluarga.

Mulailah Mengatur Rutinitas Pagi yang Sehat

Tantangan saban pagi ini menjadi semakin kompleks karena budaya dan tekanan sosial turut memengaruhi kebiasaan keluarga. Banyak orang tua yang bekerja hingga larut malam sehingga sulit mengatur rutinitas pagi yang sehat.

Selain itu, sarapan pagi sering dianggap tidak penting, terutama oleh keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Sekolah juga sering tidak memberi ruang bagi anak untuk menyesuaikan diri setelah tiba—langsung mulai pelajaran tanpa transisi yang cukup.

Belum lagi penggunaan gawai yang tinggi dan kurangnya edukasi bagi orang tua tentang pentingnya manajemen pagi hari.

Oleh sebab itu, mari kita mulai mengatur rutinitas pagi kita dengan sehat. Dengan begitu, kita akan lebih tenang dan anak pun akan mendapatkan mood terbaiknya.[]

Baca Juga Lainnya

Analisa Data Tren Perceraian di Indonesia Tahun 2024, Bagaimana Persentasenya?

Parentnial Newsroom

DALAM suasana gegap gempita pertumbuhan bangsa, data nikah dan cerai tahun 2024 memperlihatkan sebuah potret lain dari Indonesia yakni tentang ...

Potret Nikah Cerai di Kaltim Tahun 2024, Menelusuri Jejak Cinta dan Perpisahan

Parentnial Newsroom

TIDAK ada yang lebih menggugah hati daripada angka-angka yang membisikkan cerita di balik kehidupan manusia. Setidaknya, itulah yang mencuat saat ...

Analisis Data Perceraian di Jakarta Barat 2025, Biang Keroknya Ekonomi dan Selingkuh

Fadliyah Setiawan

APA sebenarnya yang mendorong ratusan pasangan di Jakarta Barat mengakhiri ikatan suci pernikahan mereka? Data terbaru dari Pengadilan Agama Jakarta ...

Membaca Ulang Angka Perceraian di Jawa Barat 2024, Siapa Paling Rentan?

Parentnial Newsroom

PERCERAIAN adalah cerita tentang hubungan yang retak dan masyarakat yang terus berubah. Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2024, data ...

Pelajaran dari ‘Adolescence’ Serial Netflix yang Menggugah tentang Kekerasan Remaja

Rahmat Hidayat

SERIAL drama Inggris terbaru, “Adolescence,” yang dirilis di Netflix pada 13 Maret 2025, telah menjadi fenomena global dengan lebih dari ...

Pelajaran dari Kasus Baim dan Paula, Mengapa Netizen Perlu Menghormati Batas Privasi

Muhammad Hidayat

DI masa masa seperti sekarang dimana akses informasi begitu mudahnya dan ruang digital yang serba terhubung, kehidupan pribadi figur publik ...