Ketika Fisik Jadi Bahan Tertawaan, Komedi Satire atau Body Shaming?

Fiqih Ulyana

Berita

“GIGI aku kayak kelinci abis kecelakaan,” celetuk seorang teman saat melihat fotonya sendiri di layar ponsel. Semua tertawa, termasuk dia sendiri.

Tapi setelah itu? Dia diam, pandangannya menerawang, dan percakapannya berubah hambar. Lucu? Mungkin. Tapi mungkin juga tidak.

Begitulah kira kira yang dirasakan aktris Aimee Lou Wood, bintang serial The White Lotus, ketika mengetahui bahwa bentuk giginya dijadikan bahan lelucon dalam sketsa komedi di acara Saturday Night Live (SNL).

Dalam episode yang tayang pada 6 April lalu, karakter yang diperankan oleh Sarah Sherman meniru sosok Aimee Lou Wood dengan cara yang dianggap berlebihan—dan yang paling disorot adalah cara SNL menyorot gigi Aimee yang menonjol.

Aimee tidak tinggal diam. Lewat pernyataannya di media sosial, ia mengungkapkan kekecewaannya terhadap sketsa tersebut. Menurutnya, bentuk fisik, apalagi yang tak bisa diubah dengan mudah, seharusnya bukan jadi bahan tertawaan publik.

“Aku merasa parodi SNL itu jahat dan tidak lucu. Padahal beberapa minggu lalu aku sempat menikmati acaranya dan ketawa-ketawa sendiri. Aku tahu SNL memang sering menyindir, tapi pasti ada cara yang lebih cerdas, lebih halus, dan tidak serendah itu, kan?” tulisnya, seperti dikutip Parentnial dari Los Angeles Times, Selasa (15/4/2025).

Kapan Lelucon Jadi Body Shaming?

SNL memang dikenal sebagai acara komedi satire yang kerap meniru figur publik dengan gaya kocak dan sarkastik. Tapi batas antara “parodi” dan “body shaming” makin tipis di era digital ini.

Aimee bukan orang pertama yang jadi sasaran—sebelumnya, banyak selebritas lain juga pernah mengungkapkan ketidaknyamanan atas caranya digambarkan oleh media hiburan.

Di balik tawa penonton, ada luka yang tak terlihat. Terlebih jika hal yang ditertawakan adalah sesuatu yang menyangkut fisik, seperti bentuk tubuh, warna kulit, hingga… bentuk gigi.

Hal-hal semacam ini bisa jadi pemicu krisis kepercayaan diri, terutama bagi penonton yang merasa “relatable” dengan figur yang dijadikan bahan guyonan.

Bentuk Fisik Standar dan Kecantikan

Isu ini juga membuka perbincangan yang lebih besar soal standar kecantikan. Di Hollywood, gigi yang putih, rata, dan “sempurna” seakan menjadi tolok ukur estetika. Mereka yang tidak sesuai dengan standar itu, akan mudah jadi target.

Padahal, bentuk gigi adalah sesuatu yang sangat alami dan beragam. Di berbagai budaya, termasuk kita di Indonesia, gigi tonggos atau renggang bahkan punya makna tersendiri.

Dalam cerita rakyat, tokoh dengan gigi unik sering digambarkan sebagai orang cerdas, penuh akal, atau lucu. Tapi ketika media modern menjadikannya bahan tertawaan, nilai itu berubah jadi stigma.

Indonesia dan Budaya Lelucon Fisik

Di Indonesia sendiri, lelucon soal fisik masih sangat lazim. Dari acara TV hingga panggung stand-up comedy, kita sering mendengar candaan soal badan gemuk, kulit gelap, hingga gigi tonggos.

Kadang lucu, tapi sering juga menyakitkan. Apalagi buat mereka yang tumbuh dengan rasa tidak percaya diri akibat stigma itu.

Kita butuh perubahan cara berpikir. Humor bisa tetap hidup tanpa harus menjatuhkan fisik orang lain.

Apalagi di era media sosial seperti sekarang, komentar yang terkesan kecil bisa membekas dalam, terutama bagi generasi muda yang sedang mencari jati diri.

Zona Nyaman dan Komedi yang Beretika

Kritik Aimee seharusnya jadi refleksi, bukan cuma bagi acara Saturday Night Live, tapi juga industri hiburan global—termasuk Indonesia.

Komedi adalah senjata ampuh untuk menyampaikan kritik sosial, tapi kalau senjata itu menyasar fisik seseorang, bukankah itu malah jadi senjata makan tuan?

Para kreator konten, penulis naskah, dan komedian perlu berani keluar dari zona nyaman—menciptakan komedi yang cerdas, kritis, dan tetap empatik.

Bercanda bukan berarti bebas dari etika. Kita bisa menertawakan banyak hal: absurditas dunia politik, budaya pop, bahkan diri sendiri—tanpa harus menyentuh ranah yang menyakitkan secara personal.

Jadi, lain kali sebelum menertawakan bentuk gigi seseorang, ingat, senyum mereka mungkin menyimpan luka yang tidak terlihat. Yuk, ubah standar komedi jadi lebih sehat dan membangun!

Baca Juga Lainnya

Nama Bayi Kembar Perempuan

50 Pasang Nama Bayi Kembar Perempuan Dan Artinya

Parentnial Newsroom

Di tengah euforia belanja perlengkapan bayi dan mempersiapkan kamar mungil mereka, ada satu hal penting yang nggak boleh terlewat: memilih ...

Peacock Parenting, Gaya Didik Kekinian yang Terlalu Fokus ke Pencitraan Anak

Fadliyah Setiawan

KAMU pernah denger istilah “peacock parenting”? Bukan, ini bukan tentang burung merak yang suka pamer bulu. Tapi gaya parenting baru ...

Aku Bukan Cuma Ibu, Mencari Jati Diri di Balik Peran Ibu Rumah Tangga

Fiqih Ulyana

PERNAH gak sih kamu ngerasa kayak kehilangan nama sendiri setelah jadi ibu? Tiba-tiba semua orang manggil kamu “Ibunya Aisyah”, “Mamanya ...

Tantangan dan Tren Baru Kepengasuhan 2025 yang Harus Dipahami Orangtua Masa Kini

Parentnial Newsroom

KITA telah menjalani setengah dari awal bulan tahun baru 2025, dan kepengasuhan (parenting) menjadi salah satu aspek kehidupan yang terus ...

Nama Bayi Perempuan Jepang

300 Nama Bayi Perempuan Jepang yang Indah dan Bermakna.

Parentnial Newsroom

Memilih nama bayi adalah keputusan penting yang akan memengaruhi identitas seseorang sepanjang hidup mereka. Proses ini melibatkan berbagai pertimbangan, mulai ...

Katanya Bikin Anak Sukses, Nyatanya 7 Nasihat Ini Cuma Bikin Ribet!

Hasni Rania

PARENTING itu emang nggak ada buku manualnya yang pasti. Tapi, bukan berarti semua nasihat dari orang dulu itu cocok diterapin ...