Membentuk Generasi Digital yang Tangguh di Tengah Pusaran Dunia Maya

Parentnial Newsroom

Berita

Era digital telah mengubah lanskap kehidupan remaja secara fundamental. Batas antara dunia nyata dan maya kian kabur, membawa serta peluang tak terbatas namun juga serangkaian tantangan kompleks yang mengintai perkembangan psikologis dan sosial generasi muda. Di tengah pusaran informasi dan interaksi daring yang masif ini, peran perempuan, terutama seorang ibu, muncul sebagai garda terdepan dalam membimbing dan mengarahkan anak-anak mereka menuju pemanfaatan teknologi yang sehat dan bertanggung jawab.

Membentuk Generasi Digital yang Tangguh

Fenomena ini menjadi semakin krusial mengingat pesatnya penetrasi internet dan media sosial di kalangan remaja. Kemudahan akses ke berbagai platform digital membuka pintu bagi pengetahuan dan kreativitas, namun di sisi lain, juga menghadapkan mereka pada risiko seperti cyberbullying, konten negatif, kecanduan gawai, hingga tekanan sosial yang dapat menggerogoti kesehatan mental dan kepercayaan diri.

Baca juga: Budi Pekerti Zaman Now, 7 Kebiasaan Baik yang Perlu Ditanamkan Sejak Dini

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa remaja yang mendapatkan bimbingan aktif dari orang tua terkait penggunaan internet cenderung memiliki tingkat stres daring yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang dibiarkan berlayar sendiri di lautan informasi digital. Bimbingan ini mencakup diskusi terbuka mengenai batasan waktu penggunaan gawai, identifikasi potensi risiko daring, serta pemahaman tentang etika dan jejak digital.

Namun, ironisnya, survei juga menunjukkan adanya kesenjangan pemahaman antara orang tua dan anak terkait dunia digital. Tidak sedikit orang tua yang merasa kurang familiar dengan platform dan tren daring yang digandrungi remaja, sehingga merasa kesulitan untuk memberikan panduan yang relevan dan efektif.

“Kita sebagai ibu memiliki tanggung jawab yang besar di era ini,” ujar seorang psikolog anak dan remaja, Dr. Anya Kartika, dalam sebuah seminar daring belum lama ini. “Dulu, tantangan kita mungkin seputar pergaulan di lingkungan fisik. Sekarang, medan pergaulan anak-anak kita meluas tanpa batas di dunia maya. Jika kita tidak membekali mereka dengan kompas yang benar, mereka bisa tersesat.”

Dalam konteks ini, perempuan memiliki peran unik dan strategis. Sebagai sosok yang umumnya memiliki kedekatan emosional yang kuat dengan anak, ibu memiliki potensi besar untuk membangun komunikasi yang terbuka dan jujur mengenai pengalaman mereka di dunia digital. Lebih dari sekadar memberikan larangan, ibu perlu hadir sebagai pendengar yang baik, memahami dinamika interaksi daring anak, dan bersama-sama mencari solusi atas berbagai permasalahan yang mungkin timbul.

Artikel dari Parapuan.co menyoroti bagaimana perempuan dituntut untuk mengadopsi peran baru sebagai “pendidik digital”. Peran ini tidak hanya sebatas mengajarkan literasi digital dasar, seperti cara menggunakan internet secara aman dan bertanggung jawab, tetapi juga menanamkan nilai-nilai etika, empati, dan critical thinking dalam berinteraksi di dunia maya.

“Perempuan perlu memberdayakan diri dengan pengetahuan tentang dunia digital,” tegas seorang pegiat isu perempuan dan anak, Ibu Rina Lestari. “Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan intuisi. Kita perlu belajar tentang platform yang anak-anak kita gunakan, memahami potensi risikonya, dan kemudian менransfer pemahaman itu kepada mereka dengan cara yang tidak menggurui.”

Lebih lanjut, Ibu Rina menekankan pentingnya membangun budaya komunikasi yang sehat di dalam keluarga. Diskusi rutin mengenai aktivitas daring anak, tantangan yang mereka hadapi, serta norma-norma perilaku yang diharapkan dapat membantu remaja merasa didukung dan tidak sendirian dalam menghadapi kompleksitas dunia digital.

Selain itu, kolaborasi antara orang tua, pihak sekolah, dan komunitas juga menjadi kunci. Perempuan dapat mengambil inisiatif dalam membentuk kelompok diskusi atau forum berbagi pengalaman antar orang tua terkait pendampingan anak di era digital. Sekolah juga memiliki peran penting dalam mengintegrasikan pendidikan literasi digital ke dalam kurikulum, membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi warga digital yang cerdas dan bertanggung jawab.

Pemerintah dan berbagai organisasi masyarakat juga diharapkan dapat memberikan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan oleh orang tua, khususnya perempuan, dalam menjalankan peran baru ini. Pelatihan, seminar, dan materi edukasi yang mudah diakses dan dipahami akan sangat membantu meningkatkan pemahaman orang tua tentang dinamika dunia digital dan cara efektif mendampingi anak-anak mereka.

Menghadapi era digital bukanlah tugas yang mudah, namun dengan kesadaran, pengetahuan, dan kolaborasi yang kuat, perempuan memiliki potensi besar untuk membentuk generasi digital yang tangguh, beretika, dan mampu memanfaatkan teknologi untuk kebaikan. Peran mereka bukan hanya sebagai pelindung, tetapi juga sebagai pembimbing dan teladan dalam menavigasi labirin dunia maya yang terus berkembang. Inilah peran baru yang diemban perempuan di abad ke-21: arsitek masa depan generasi digital Indonesia.

Baca Juga Lainnya

Analisa Data Tren Perceraian di Indonesia Tahun 2024, Bagaimana Persentasenya?

Parentnial Newsroom

DALAM suasana gegap gempita pertumbuhan bangsa, data nikah dan cerai tahun 2024 memperlihatkan sebuah potret lain dari Indonesia yakni tentang ...

Potret Nikah Cerai di Kaltim Tahun 2024, Menelusuri Jejak Cinta dan Perpisahan

Parentnial Newsroom

TIDAK ada yang lebih menggugah hati daripada angka-angka yang membisikkan cerita di balik kehidupan manusia. Setidaknya, itulah yang mencuat saat ...

Analisis Data Perceraian di Jakarta Barat 2025, Biang Keroknya Ekonomi dan Selingkuh

Fadliyah Setiawan

APA sebenarnya yang mendorong ratusan pasangan di Jakarta Barat mengakhiri ikatan suci pernikahan mereka? Data terbaru dari Pengadilan Agama Jakarta ...

Membaca Ulang Angka Perceraian di Jawa Barat 2024, Siapa Paling Rentan?

Parentnial Newsroom

PERCERAIAN adalah cerita tentang hubungan yang retak dan masyarakat yang terus berubah. Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2024, data ...

Pelajaran dari ‘Adolescence’ Serial Netflix yang Menggugah tentang Kekerasan Remaja

Rahmat Hidayat

SERIAL drama Inggris terbaru, “Adolescence,” yang dirilis di Netflix pada 13 Maret 2025, telah menjadi fenomena global dengan lebih dari ...

Pelajaran dari Kasus Baim dan Paula, Mengapa Netizen Perlu Menghormati Batas Privasi

Muhammad Hidayat

DI masa masa seperti sekarang dimana akses informasi begitu mudahnya dan ruang digital yang serba terhubung, kehidupan pribadi figur publik ...