SERIAL drama Inggris terbaru, “Adolescence,” yang dirilis di Netflix pada 13 Maret 2025, telah menjadi fenomena global dengan lebih dari 96 juta penonton.
Serial ini menyoroti isu kekerasan remaja dan misogini online, dimulai dengan penangkapan seorang anak laki-laki berusia 13 tahun atas tuduhan pembunuhan.
Melalui narasi yang mendalam, “Adolescence” mengeksplorasi bagaimana subkultur online yang dikenal sebagai “manosphere” dapat mempengaruhi remaja laki-laki dan mendorong mereka ke arah perilaku berbahaya.
Baca Juga
Plot dan Tema Utama
“Adolescence” mengikuti kisah Jamie, seorang remaja laki-laki dari keluarga kelas pekerja, yang dituduh membunuh teman sekelas perempuannya setelah interaksi kecil di media sosial.
Serial ini menggambarkan bagaimana Jamie, yang awalnya tampak sebagai anak biasa, terjerumus ke dalam dunia online yang berbahaya yang mempromosikan kebencian terhadap wanita.
Tema utama yang diangkat mencakup pengaruh media sosial, tekanan teman sebaya, dan peran keluarga dalam membentuk perilaku remaja.
Popularitas “Adolescence” telah memicu diskusi luas tentang pengaruh budaya online terhadap remaja.
Di Inggris, Perdana Menteri Keir Starmer bahkan menyarankan agar serial ini ditayangkan di sekolah-sekolah sebagai alat pendidikan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya misogini online dan kekerasan remaja.
Namun, usulan ini mendapat tanggapan beragam, dengan beberapa pihak mempertanyakan efektivitas dan potensi dampak negatif dari penayangan materi yang begitu sensitif kepada siswa.
Analisis Psikologis dan Kritik
Beberapa ahli psikologi dan pendidik memberikan pandangan kritis terhadap cara “Adolescence” menggambarkan remaja laki-laki.
Neurosaintis dan psikolog Sarah-Jayne Blakemore menyoroti bahwa meskipun serial ini secara akurat menampilkan impulsivitas dan fluktuasi emosional yang umum pada remaja, namun juga memperkuat stereotip usang bahwa remaja laki-laki cenderung murung dan mudah marah.
Blakemore menekankan bahwa masa remaja adalah periode penting untuk perkembangan otak yang ditandai dengan kemampuan adaptasi tinggi, memungkinkan intervensi dan pertumbuhan yang berarti.
Kylie Lang, dalam opininya, mengkritik “Adolescence” karena dianggap menyederhanakan agresi laki-laki dengan mengaitkannya terutama pada radikalisasi online dan figur seperti Andrew Tate, sambil mengabaikan faktor penting seperti perundungan di sekolah dan lingkungan sosial.
Lang menekankan pentingnya lingkungan yang mendukung di rumah dan sekolah, serta tanggung jawab bersama orang dewasa dalam membimbing remaja laki-laki menuju maskulinitas yang sehat.
Peran Orang Tua dan Pendidikan
Bagi orang tua, “Adolescence” berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya keterlibatan aktif dalam kehidupan digital anak-anak mereka.
Kirk Honda, seorang terapis, menyoroti bahwa banyak orang tua merasa cemas karena anak-anak mereka memiliki akses ke sudut gelap internet yang sulit diawasi.
Kirk menekankan perlunya komunikasi terbuka dan edukasi tentang bahaya potensial dari konten online yang berbahaya.
Terlepas dari beragam respon publik, saya menilai “Adolescence” adalah serial yang memicu refleksi mendalam tentang tantangan yang dihadapi remaja di era digital.
Meskipun mendapat pujian karena mengangkat isu-isu penting, serial ini juga menghadapi kritik karena penggambaran yang dianggap menyederhanakan kompleksitas perilaku remaja laki-laki.
Bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat luas, serial ini menawarkan kesempatan untuk mendiskusikan dan memahami lebih dalam tentang pengaruh budaya online terhadap perkembangan remaja, serta pentingnya dukungan dan bimbingan yang tepat dalam membentuk generasi muda yang sehat secara mental dan emosional.[]