
APAKAH anak-anak kita akan mengalami krisis identitas atau tumbuh sebagai pribadi yang mantap di usia remaja, sangat bergantung pada tiga hal utama yang kita tanamkan sejak dini.
Demikian disampaikan pengasuh Kajian Rumah Sajada, Mohammad Fauzil Adhim, yang juga seorang pakar parenting yang dikenal luas melalui pemikirannya yang tajam dan mendalam tentang dunia anak dan remaja.
Dalam salah satu tulisannya di Facebook, Ahad (6/4/2025), Fauzil Adhim menguraikan tiga hal fundamental yang menjadi pilar pembentukan identitas anak.
Baca Juga
Ketiga hal ini bukan sekadar konsep abstrak, tetapi realitas yang terbukti berpengaruh dalam kehidupan remaja, terutama dalam menghadapi tantangan zaman yang kian kompleks.
Nilai-Nilai yang Diyakini dan Dihidupi
Pilar pertama yang ditekankan Fauzil Adhim adalah nilai hidup, atau yang dalam istilah beliau disebut “values to believe and live by.” Ini bukan sekadar pengajaran moral, melainkan tentang keyakinan yang tertanam kuat dan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.
Idealnya, nilai-nilai ini bertumpu pada agama sebagai fondasi moral dan spiritual. Namun, Fauzil Adhim menggarisbawahi adanya kecenderungan sebagian orang tua dan sekolah yang tidak menjadikan agama sebagai acuan utama.
Akibatnya, anak-anak tumbuh tanpa sandaran nilai yang kokoh, sehingga rentan mengalami kebingungan saat harus memilih jalan hidupnya.
Pekerjaan dan Masa Depan
Pilar kedua berkaitan erat dengan cara pandang anak terhadap pekerjaan dan masa depannya. “Job and occupation”, menurut Fauzil Adhim, bukan hanya urusan mencari nafkah, tetapi juga mencerminkan harga diri, tanggung jawab, dan kontribusi sosial.
Menurut Fauzil Adhim, ancaman terbesar dalam hal ini adalah orientasi materialistik dan budaya instan yang semakin mengakar.
Banyak anak akhirnya menganggap pekerjaan hanya sebagai alat untuk memperoleh uang, bukan sebagai bentuk pengabdian atau ekspresi diri. Inilah yang merusak semangat kerja dan sikap positif terhadap masa depan.
Cinta dan Hubungan dengan Lawan Jenis
Pilar ketiga, yang sering kali diabaikan dalam pendidikan anak, adalah persoalan cinta dan hubungan dengan lawan jenis.
Fauzil Adhim menyatakan bahwa masa remaja adalah masa ketika ketertarikan terhadap lawan jenis muncul dengan kuat.
Menurutnya, tanpa arah dan panduan yang benar, anak bisa terseret dalam hubungan yang tidak sehat.
Untuk itu, ia menulis buku khusus bagi anak usia kelas 4 SD hingga kelas 9 SMP, dengan tujuan membentuk orientasi menikah yang lurus sejak dini.
Buku buku yang ditulisnya diakui Fauzil Adhim Ini bukan sekadar edukasi seks, melainkan penanaman nilai bahwa cinta sejati harus dilandasi tanggung jawab dan visi masa depan.
Kapan Waktu Terbaik untuk Menanamkan Ketiga Hal Ini?
Menurut Fauzil Adhim, waktu terbaik untuk memulai penanaman tiga pilar ini adalah saat anak berada di jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Namun, jika momentum ini terlewat, maka orang tua harus mulai mengintensifkan perhatian sejak anak duduk di kelas 4 SD, dan memberikan penguatan khusus saat anak memasuki jenjang SMP (SLTP).
Mengapa demikian? dia menerangkan karena masa-masa ini adalah periode emas pembentukan identitas, sebelum krisis mulai muncul di usia remaja.
Tiga pilar yang ditekankan Fauzil Adhim ini menjadi pengingat bagi orang tua dan pendidik, sekaligus juga sebagai ajakan untuk bergerak lebih cepat dan terencana.
Menanamkan nilai, membangun sikap terhadap pekerjaan, dan memberi arah pada cinta—tiga hal yang jika dijalankan dengan serius, akan menjadi benteng kuat bagi anak-anak kita di tengah badai krisis identitas yang kini mengancam generasi muda.[]