
JAKARTA — Sebanyak 22 lembaga pendidikan dari berbagai daerah di Indonesia meneguhkan komitmen lembaganya sebagai institusi sekolah ramah anak dengan bekerjasama Penggiat Keluarga (GiGa) Indonesia, sebuah perhimpunan penggiat keluarga nasional.
Komitmen tersebut ditandai dengan penandatanganan Surat Perjanjian Kerja Sama Manajemen Risiko Bencana Sosial – Orientasi Perilaku Seksual Menyimpang (OPSM) yang digelar secara daring, Sabtu (3/5/2025).
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si., Ketua Umum GiGa Indonesia sekaligus guru besar di bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga di IPB University.
Baca Juga
Dalam sambutannya, Prof. Euis menegaskan bahwa sekolah, sebagai institusi pendidikan formal, memiliki peran strategis dalam manajemen risiko bencana sosial, termasuk fenomena OPSM.
Dalam perspektif ilmu sosial, OPSM kerap dipandang bukan sekadar penyimpangan perilaku individual, melainkan gejala yang merefleksikan krisis nilai, lemahnya ketahanan keluarga, serta rapuhnya sistem kontrol sosial.
Oleh karena itu, menurutnya, sekolah harus bertransformasi dari sekadar pusat transfer ilmu menjadi agen pembentukan karakter dan filter budaya yang mampu menangkal arus globalisasi yang mengancam norma sosial.
Melalui integrasi pendidikan moral, agama, dan kesehatan yang berbasis nilai lokal dan nasional, sekolah berpotensi menjadi garda depan dalam mitigasi risiko OPSM. Lebih jauh, keterlibatan guru, konselor, serta kolaborasi dengan orang tua menjadi prasyarat efektifnya manajemen risiko ini.
Untuk mendukung tujuan tersebut, GiGa Indonesia menyediakan Panduan Manajemen Risiko Bencana Sosial OPSM serta pendampingan teknis oleh fasilitator terlatih.
Panduan ini dirancang sebagai acuan praktis bagi lembaga pendidikan dalam mengimplementasikan program pencegahan dan penanganan risiko.
Ia menegaskan institusi sosial seperti keluarga dan pendidikan memiliki peran krusial dalam menjaga kohesi sosial dan moral masyarakat. Apalagi ditengah zaman seperti sekarang, tantangan seperti OPSM menuntut adaptasi strategi yang lebih terkoordinasi dan berbasis pengetahuan.

“Tantangan zaman modern hanya dapat diatasi jika seluruh elemen bangsa bersatu dalam visi bersama: menyelamatkan masa depan generasi melalui penguatan institusi terkecil namun terkuat—keluarga,” terang Euis.
Dia menambahkan, pendekatan preventif berbasis edukasi harus diutamakan dibandingkan tindakan represif yang kerap melahirkan stigma baru.
“Penguatan peran lembaga pendidikan dalam manajemen risiko OPSM bukan hanya keharusan, melainkan keniscayaan dalam menjaga ketahanan keluarga dan sosial bangsa,” katanya.
22 Lembaga Pendidikan Teguhkan Peran sebagai Sekolah Ramah Anak
Adapun 22 lembaga pendidikan yang telah menjalin kemitraan dengan GiGa Indonesia ini adalah:
- TK Insan Kamil Bogor, Kota Bogor
- SPS Permata Hati Pondok Gede Kota Bekasi
- KBTK Kreativa Kota Bogor
- SDIT Mutiara Cendekia Cicalengka Kabupaten Bandung
- SDIT Nurul Ishlah Kota Banda Aceh
- SDIT Ar Raudloh Cileunyi Kabupaten Bandung
- SD Kreativa Kota Bogor
- MI Al Hasan Cicadas Kota Bandung
- MTsS Putri PUI Kabupaten Majalengka
- MTs Ar Raudloh Cileunyi Kabupaten Bandung
- MTs Al Hasan Cicadas Kota Bandung
- SMP Kreativa Kota Bogor
- SMP Smartschool Jagakarsa, Jakarta Selatan
- Yayasan Ummul Quro Bogor, Kabupaten Bogor
- Yayasan Wahdah Islamiyah (YPWI) Pusat Makasar
- Yayasan Pendidikan Ruhama Kota Depok
- SMK Al Amanah Kabupaten Bandung
- SMKS PUI Gegesik Kabupaten Cirebon
- MAS Putri PUI Kabupaten Majalengka
- MA Ar Raudloh Cileunyi Kabupaten Bandung
- SMA Smart Cibinong, Kabupaten Bogor
- SMK TI Bazma, Kabupaten Bogor