
TIDUR bagi anak balita bukan sekadar waktu istirahat, melainkan fase krusial yang menopang pertumbuhan otak, fisik, dan perkembangan emosional mereka.
American Academy of Pediatrics mengungkapkan bahwa 25–50% anak mengalami gangguan tidur selama masa tumbuh kembang, yang berpotensi menghambat fungsi kognitif, perilaku, serta kesehatan fisik dan mental mereka.
Tidur berkualitas, oleh karena itu, menjadi pilar esensial dalam membentuk fondasi masa depan anak.
Baca Juga
Menurut dr. Yuni Astria, SpA, dokter spesialis anak, tidur memainkan peran fundamental dalam perkembangan otak dan sistem saraf.
“Selama fase deep sleep, tubuh anak memproduksi hormon pertumbuhan dalam jumlah besar, yang mendukung perkembangan tulang, otot, dan organ vital yang memengaruhi metabolisme,” katanya dalam keterangan tertulis diterima Parentnial, Jum’at (9/5/2025).
Secara bersamaan saat proses deep sleep, lanjutnya, otak anak memproses informasi, memperkuat memori, serta membentuk kemampuan belajar dan regulasi emosi.
Penelitian juga menunjukkan bahwa kurang tidur pada anak usia dini meningkatkan risiko gangguan atensi, kecemasan, obesitas, hingga hipertensi di masa mendatang.
Namun, ancaman terhadap kualitas tidur anak sering kali berasal dari gangguan kecil yang luput dari perhatian.
Paparan gawai menjelang tidur, pencahayaan kamar yang terlalu terang, suhu ruangan yang tidak nyaman, hingga gigitan serangga seperti nyamuk dapat mengganggu fase deep sleep.
“Meski terlihat sepele, gangguan ini menghambat produksi hormon pertumbuhan dan konsolidasi memori,” tambah dr. Yuni.
dr. Yuni yang mengutip National Sleep Foundation, menegaskan bahwa tidur yang terdisrupsi akibat faktor eksternal dapat memicu masalah perilaku, penurunan kemampuan belajar, hingga melemahnya daya tahan tubuh.
Untuk mengatasi tantangan ini, dr. Yuni merekomendasikan langkah-langkah efektif guna menciptakan tidur nyenyak. Mandi air hangat sebelum tidur membantu relaksasi tubuh, sementara makan terakhir sebaiknya dilakukan maksimal 1,5 jam sebelum waktu tidur.
Menghindari paparan gawai satu jam sebelum tidur dan menjaga konsistensi jadwal masuk kamar juga sangat penting.
Menciptakan ritual malam, seperti membacakan cerita petualangan yang kaya nilai moral dengan suara lembut, dapat memperkuat ikatan emosional sekaligus menenangkan anak.
Selain itu, jelas dr. Yuni, kamar tidur harus diatur agar nyaman dengan cahaya redup, suhu sejuk, suasana tenang, dan bebas dari gangguan serangga melalui perlindungan tambahan, seperti kelambu atau obat anti-serangga.
“Rutinitas tidur yang konsisten membantu ritme biologis anak beradaptasi, mempersiapkan tubuh dan otak untuk beristirahat optimal. Ini juga menanamkan disiplin sejak dini,” ungkap dr. Yuni.
Ia menegaskan bahwa tidur berkualitas sama pentingnya dengan nutrisi dan stimulasi dini. Tanpa tidur yang cukup, anak berisiko mengalami hambatan fisik, kesulitan mengelola emosi, tantangan dalam belajar, hingga kendala dalam membangun hubungan sosial—dampak yang dapat berlangsung hingga dewasa.
Mengabaikan detail seperti pencahayaan kamar, paparan gawai, atau perlindungan dari serangga berarti mengesampingkan aspek vital dalam mendukung tumbuh kembang anak.
Setiap malam yang tenang dan bebas gangguan adalah investasi nyata untuk membentuk generasi yang lebih sehat, cerdas, dan tangguh.
Dengan memprioritaskan tidur berkualitas, orang tua tidak hanya mendukung kesehatan anak saat ini, tetapi juga meletakkan fondasi kokoh bagi masa depan mereka.