Riset Terbaru, Kandungan Berbahaya pada Mainan Anak Tingkatkan Risiko Autisme

Parentnial Newsroom

AnakKesehatan

MAINAN anak. Warna-warni. Bentuk lucu. Suara ceria. Siapa sangka, di balik keceriaan itu, ada ancaman tersembunyi? Studi terbaru dari All India Institute of Medical Sciences (AIIMS) Delhi mengguncang persepsi kita.

Logam berat—timbal, arsenik, kadmium—bersemayam dalam mainan anak. Lebih mengejutkan lagi, zat-zat ini dikaitkan dengan risiko autisme pada anak. Apa artinya ini bagi orang tua? Bagaimana kita menyikapi temuan ini?

Studi AIIMS, yang dipresentasikan di International Society for Autism Research, melibatkan 500 anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) dan 100 anak kontrol.

Dikutip Paretnial dari Indian Express, penelitian ini mengukur kadar 21 logam berat di darah, urin, rambut, dan kuku.

Hasilnya? Anak dengan ASD menunjukkan kadar timbal, arsenik, kadmium, mangan, dan kromium lebih tinggi di urin mereka dibandingkan kelompok kontrol.

Analisis rambut dan kuku masih berlangsung, tapi pesan awalnya jelas, bahwa lingkungan berperan besar dalam perkembangan autisme.

Autisme bukanlah kondisi sederhana. Tidak ada satu gen penyebab. Ini adalah tarian kompleks antara genetika dan lingkungan.

Dr. Shefali Gulati, peneliti utama pada riset tersebut, menegaskan, bahwa meski beberapa anak memiliki pemicu genetik, manifestasinya bergantung pada lingkungan. Paparan polusi udara, pestisida, atau obat-obatan selama kehamilan menjadi faktor risiko.

Bahkan, kesehatan ibu—obesitas, diabetes—dan usia ayah yang lanjut turut bermain. Tapi, logam berat dalam mainan? Ini adalah tambahan baru yang mencemaskan.

Mainan, khususnya yang diimpor, sering mengandung timbal. Cat berwarna cerah. Plastik murah. Pigmen kuning. Semua bisa jadi sarang timbal.

Kadmium, sering ditemukan dalam asap rokok, juga muncul dalam mainan tertentu. Anak-anak rentan. Mereka mengunyah mainan. Menjilat tangan. Logam berat masuk ke tubuh. Sekali masuk, mereka sulit dikeluarkan.

Otak yang sedang berkembang menjadi sasaran empuk. Studi lain, seperti yang diterbitkan di ScienceDirect, mendukung temuan ini. Logam seperti timbal dan merkuri meningkatkan stres oksidatif, merusak proses perkembangan saraf.

Data global memperkuat urgensi. Di Amerika Serikat, kasus autisme melonjak 312% dalam 25 tahun terakhir. Satu dari 36 anak terdiagnosis pada 2024.

Di India, prevalensi mencapai satu dari 89 anak pada 2011—kemungkinan lebih tinggi sekarang. Laki-laki 4,5 kali lebih berisiko dibandingkan perempuan, meski tren pada anak perempuan juga meningkat. Angka ini bukan sekadar statistik. Ini adalah panggilan untuk bertindak.

Namun, jangan panik. Penelitian ini bukan vonis. Ini adalah peta jalan. Dr. Gulati menyoroti pentingnya meminimalkan risiko lingkungan.

Salah satu caranya? Diet bebas gluten dan kasein. Studi AIIMS menemukan, diet ini membantu mengurangi gejala seperti hiperaktivitas dan gangguan tidur. Ini bukan obat ajaib, tapi langkah praktis.

Selain itu, memilih mainan dengan bijak adalah keharusan. Cari label keamanan. Hindari produk murah tanpa sertifikasi. Mainan kayu atau kain organik bisa jadi alternatif.

Konteksnya lebih luas. Logam berat tidak hanya ada di mainan. Mereka ada di udara, air, tanah. Polusi udara, misalnya, meningkatkan risiko autisme jika paparan terjadi sebelum atau sesudah kelahiran.

Di negara berkembang seperti Indonesia, tantangannya lebih besar. Regulasi keamanan produk sering longgar. Mainan impor membanjiri pasar. Orang tua, terutama di kelas menengah ke bawah, sulit memilih opsi aman. Ini bukan sekadar masalah individu. Ini adalah isu sistemik.

Perketat Standar Keamanan Mainan

Pendidikan menjadi kunci. Banyak orang tua belum tahu bahaya logam berat. Kampanye publik diperlukan. Sekolah, komunitas, media—semua harus bergerak.

Pemerintah juga punya peran yang tidak sederhana dan sangat penting. Standar keamanan mainan harus diperketat. Pengujian produk impor harus lebih ketat. Di sini pemerintah harus aktif, tidak reaktif.

Di India, AIIMS mendorong penelitian lanjutan untuk memetakan sumber logam berat. Indonesia bisa belajar dari ini. Badan POM, misalnya, bisa memperluas pengawasan pada mainan anak.

Ada sisi cerah. Kesadaran tentang autisme meningkat. Diagnosis lebih akurat. Dukungan untuk anak dengan ASD juga berkembang.

Komunitas seperti Autism Care Indonesia menawarkan edukasi dan terapi. Tapi, pencegahan tetap lebih baik. Mengurangi paparan logam berat adalah langkah awal.

Tentu saja ini bukan hanya tentang melindungi anak dari autisme, tapi juga dari gangguan perkembangan lain seperti ADHD atau penurunan IQ.

Yang jelas, studi AIIMS ini adalah lonceng peringatan. Mainan, yang seharusnya membawa tawa, bisa jadi ancaman senyap.

Logam berat bukan musuh tunggal, tapi mereka adalah bagian dari teka-teki autisme. Orang tua harus cerdas memilih mainan. Pemerintah harus tegas mengatur. Masyarakat harus teredukasi.

Ini adalah tanggung jawab kolektif. Mulai dari hal kecil seperti periksa label mainan, pilih produk terpercaya, dan waspadai lingkungan anak. Bersama, kita bisa mengubah mainan kembali menjadi sumber kebahagiaan, bukan kecemasan.[]

Baca Juga Lainnya

Analisa Data Tren Perceraian di Indonesia Tahun 2024, Bagaimana Persentasenya?

Parentnial Newsroom

DALAM suasana gegap gempita pertumbuhan bangsa, data nikah dan cerai tahun 2024 memperlihatkan sebuah potret lain dari Indonesia yakni tentang ...

Nama Bayi Kembar Perempuan

50 Pasang Nama Bayi Kembar Perempuan Dan Artinya

Parentnial Newsroom

Di tengah euforia belanja perlengkapan bayi dan mempersiapkan kamar mungil mereka, ada satu hal penting yang nggak boleh terlewat: memilih ...

50 Nama Bayi Laki-Laki Modern 3 Kata Paduan Bugis, Barat, dan Arab

Parentnial Newsroom

MEMILIH nama untuk buah hati adalah salah satu momen paling menyenangkan sekaligus sakral bagi orang tua. Nama bukan sekadar identitas, ...

50 Nama Bayi Perempuan Unik 3 Kata Kombinasi Bugis, Eropa, dan Arab Penuh Makna

Parentnial Newsroom

MEMILIH nama untuk sang buah hati adalah momen istimewa yang penuh makna. Nama tidak hanya menjadi identitas, tetapi juga doa ...

Analisis Data Perceraian di Jakarta Barat 2025, Biang Keroknya Ekonomi dan Selingkuh

Fadliyah Setiawan

APA sebenarnya yang mendorong ratusan pasangan di Jakarta Barat mengakhiri ikatan suci pernikahan mereka? Data terbaru dari Pengadilan Agama Jakarta ...

Membaca Ulang Angka Perceraian di Jawa Barat 2024, Siapa Paling Rentan?

Parentnial Newsroom

PERCERAIAN adalah cerita tentang hubungan yang retak dan masyarakat yang terus berubah. Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2024, data ...