Iklan

Melihat Fotografi Humanistik tentang Islam di Papua Nugini

Admin
Selasa, November 04, 2014 | 13:41 WIB Last Updated 2017-02-27T22:43:35Z
Nama Papua Nugini atau dalam bahasa Inggris, Papua New Guinea (PNG), mungkin agak asing di telinga. Sehingga tak heran perkembangan agama Islam di sana pun relatif minim informasi.

PNG umumnya dikenal sebagai wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Adapun penganut Islam di sana masih terbilang sangat kecil. Kendati demikian, saat ini Islam telah mendapat tempat di hati masyarakat di negara yang beribu kota Post Moresby ini.

Masjid pertama yang pernah ada di sana dinamakan Masjid Islamic Society of Papua New Guinea (ISPNG). Masjid yang awalnya bernama Port Moresby Central Muslim ini dibangun atas kerja keras umat muslim yang tinggal di sana. Masjid ini menjadi salah satu media penyeberan Islam di sana. Masyarakat pun mulai tahu dan belajar apa itu Islam.

Mungkin pembaca penasaran bagaimana sih suasana dan fotografi umat Islam di negara yang terletak di bagian timur Pulau Papua dan berbatasan darat dengan Provinsi Papua (Indonesia) di sebelah barat ini.

Berikut ini kami tampilkan fotografi umat Muslim yang masih minoritas di sana. Klik foto untuk melihat dalam ukuran besar. Foto-foto ini merupakan karya Vlad Sokhin. Foto-foto karya Vlad ini dipublikasikan The Global Mail:

Seorang wanita Muslim Papua Nugini bermain dengan putrinya di pinggiran ibu kota Port Moresby.

Muslihuddin Anton Kura, 49 tahun, di depan masjid di desa Waingar, Provinsi Simbu. Pada tahun 1992 ia meninggalkan Gereja Katolik dan masuk Islam.

Abdus Salam Banga Kama (paling kanan), 39, bersama keluarganya menunggu waktu berbuka puasa bulan Ramadhan di depan masjid di Port Moresby. Abdus Salam, istrinya Abida Ana (tengah), 27, dan lima anak-anak mereka masuk Islam pada bulan Maret 2013. Abdus Salam mengatakan bahwa dirinya sebelum ia menjadi Muslim kerap berlaku kasar pada anak dan istrinya, setelah masuk Islam ia mengaku tak pernah lagi bersifat begitu.

Tampak muslimah Papua Nugini membaca sebuah majalah fashion. Mereka membeli kedua tangan gaun muslim mereka di pasar lokal, karena tidak ada toko yang menjual pakaian Islam di Papua Nugini.

Sejumlah warga Muslim Papua Nugini shalat di masjid kecil di sebuah desa bernama Bushwara yang berada di National Capital District.

Tampak jamaah kaum muslimi berada di depan masjid Port Moresby selama bulan Ramadhan. Islamic Center di ibu kota PNG ini selalu ramai dan semarak setiap kali bulan Ramadhan tiba. 

Distribusi makanan di depan masjid Hohola Port Moresby selama bulan Ramadhan. Banyak Muslim datang setiap malam ke Masjid Hohola ini untuk berdoa dan mendapatkan makanan gratis serta berjumpa penuh kehangatan dan muslim lainnya yang beribadah tarawih dan amal lainnya.

Idris Francis Gape, 48 tahun, dengan wajah riang bermain dengan anaknya di halaman Islamic Muslim Community Centre di di Port Moresby, ibu kota Papua New Guinea.

Yakub Ibrahim, 4 tahun, dengan teman-teman muslim lainnya di depan Masjid Kimbe, di Provinsi Inggris Barat. Setiap Jumat lebih dari 50 Muslim setempat pergi ke masjid ini untuk beribadah.

Jamila Pueme, 39, istri dari presiden Komunitas Muslim PNG, dengan anak-anaknya di dekat rumahnya di Kimbe, di Provinsi Inggris Barat.

Mariana, 36 tahun, tertenduk lesu, yang suaminya sering memukul istrinya dan sering menendang keluar dari rumah mereka. Tampak imam masjid di desa Waingar di Provinsi Simbu bertandang melihat keadaannya. Mariana bukan Muslim tetapi selalu disambut oleh Imam Abdul Salam,  yang memberikan dukungan moral dan berlindung di rumahnya.

Tampak beberapa muslim di pintu masuk masjid Hohola di Port Moresby.



Vlad Sokhin, dia adalah seorang pekerja fotograper lepas yang banyak bekerja untuk organisasi kemanusiaan dan bekerja untuk banyak majalah seperti International Herald Tribune, The Guardian, National Geographic Traveler, GEO, GEO Voyage, The Atlantic (USA), Stern (Germany), Le Monde (France), Paris Match (France), Esquire, La Vie (France), Internazionale (Italy), Das Magazin (Switzerland), Neue Zurcher Zeitung (Switzerland), ABC, BBC, NPR, ABC Australia.

Dalam laman pribadinya, Vlad juga disebut pernah mempublikasina karyanya ke United Nations, Human Rights Watch, WIRE Amnesty International (UK), FLAME Amnesty International (New Zealand), Mare (Germany), Stern Gesund Leben (Germany), WirtschaftsWoche (Germany), Süddeutsche Zeitung (Germany), Sydney Morning Herald (Australia), Marie Claire (Australia), The Weekend Australian Magazine (Australia), The Age (Australia), The Global Mail (Australia), Asian Geographic, Independent Newspaper (Russia), Vi Menn (Norway), AOL News (USA), Ca m’interesse (France), Le Monde des Religions (France), S&V Hors Serie (France), VIVA (Poland), VICE, Post-Courier (Papua New Guinea), National (Papua New Guinea) dan lain-lain.

Apapun di NGO dan yayasan internasional Vlad menjadi relawan di Amnesty International, Oxfam, ChildFund, World Vision, Population Services International (PSI), The Fred Hollows Foundation, Forest Stewardship Council (FSC), Oil Search Health Foundation and lain-lain. Saat ini ia mengaku sedang belajar bahasa Arab dan Prancis.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Melihat Fotografi Humanistik tentang Islam di Papua Nugini

Trending Now

Iklan