Jilbab dan ISIS adalah subjek dari banyak pertanyaan (foto: Herald Sun) |
Berbagai citra buruk yang mendera agama Islam tidak lantas membuat orang percaya. Sebaliknya, hal itu malah terus menarik minat banyak orang untuk mendalami Islam. Seperti yang ditunjukkan oleh bule-bule di Melbourne, Australia, pada Ahad pekan lalu (21/08) ini.
Sebuah dialog terbuka komunitas Muslimah Asutralia membahas perkembangan dunia Islam berlangsung di sebuah kafe Moroccan Deli-Cacy di Lygon, Melbourne, Australia, Ahad (21/8).
Kegiatan ini rutin dihadiri oleh masyarakat yang ingin tahu tentang Islam (foto: Herald Sun) |
Belasan wanita muslim bertemu dan mengambil posisi di kursi yang telah disediakan sambil menikmati hidangan teh panas dan kue memulai pembicaraan untuk berbagi pencerahan atas dakwah Islam di negeri kanguru itu.
Menurut panitia pelaksana komunitas, diksusi santai itu bertujuan untuk membuka relasi lebh luas percakapan antara Muslim dan non-Muslim.
Pemilik kafe Hana Assafiri mengatakan, obrolan spontan diluncurkan awal tahun ini berawal dari pandangan sederhana, “datang sambil minum, dan meminta seorang Muslimah yang ada untuk berbicara”.
Acara ini menarik minat orang dari seluruh Melbourne (foto: Herald Sun) |
“Saya ingin memulai pembicaraan ini tentang Muslim dan non-Muslim di ruang terbuka, dan gratis untuk semua orang,” katanya seperti dikutip Pinopini.com dari Herald Sun.
Sareh, seorang kepala sekolah yang hadir dalam sesi itu, mengatakan ada suatu kecenderungan dalam skala nasional upaya menggeser Muslim ke arah terpinggirkan.
Ia mengatakan datang ke acara tersebut untuk mengekspresikan dirinya sebagai seorang perempuan Muslim.
“Mitos terbesar adalah bahwa kita tertindas, bahwa kita tidak memiliki suara,” katanya.
Kegiatan rutin ini menarik orang banyak ke Maroko Deli - Cacy on Lygon St. Diskusi sambil minum teh (foto: Herald Sun) |
Sareh, yang tidak ingin nama keluarganya dipublikasikan, mengatakan hal itu jauh lebih sulit untuk generasi muda Muslim yang tumbuh sekarang dibandingkan dekade sebelumnya.
“Kami mengajarkan kepada siswa kami untuk menjadi Muslim yang produktif. Tidak ada gunanya merasa malu menampakkan identitas Muslim, “katanya.
Peserta lainnya, Assafiri mengemukakan, adalah kebebasan pribadi mengenakan jilbab bagi Muslimah di ragam politik bebas di negaranya.
“Saya percaya dengan karakter Australia. Kita hadapi saja melalui otoritas ke pengadilan misalnya,” ujarnya.
Menurutnya, tidak ada yang disebut dengan benturan peradaban, tapi hanya benturan ketidakjelasan.
Acara ini bertujuan untuk membangun saling percakapan antara Muslim dan non-Muslim (foto: Herald Sun) |
Lily, seorang pelatih pribadi mengatakan, ia belum pernah bertemu dengan seorang Muslim sebelum pindah ke Australia dari asalnya Meksiko.
“Kami hanya melihat mereka di media,” katanya, dan kini ia bisa bertemu dengan Muslimah lainnya di kafe itu dan berbincang-bincang.
Rose, seorang psikolog, mengatakan dia datang untuk meluruskan pandangan tentang Islam.
“Syariah Islam benar-benar disalahpahami. Ini tentang keadilan dan cara kita menjalani hidup kita, “katanya. (MATAGAMA DICIPTA)