Iklan

Menyelami Kembali 3 Kata Ajaib Pengubah Karakter Anak

Admin
Kamis, Januari 21, 2021 | 04:34 WIB Last Updated 2021-08-04T04:02:51Z

Oleh Nurfaizah

JANGAN
pernah menyepelekan kata kata. Kata kata itu mengandung kekuatan. Ada film pendek menarik tentang bagaimana kuatnya dampak sebuah kata kata (the power of word) di sini


Di bahu jalan di sebuah pusat keramaian, duduk seorang yang tua renta. Pakaiannya lusuh. Beralaskan kardus, ia mengadu nasib dengan duduk mengemis.


Pengemis tua dan beruban ini matanya buta. Kondisinya yang tunanetra itu kian menambah letih kehidupannya. Dia nampak sangat memprihatinkan.


Namun, sudah lama dia duduk di situ, hanya segelintir orang yang menyisihkan uangnya. Di sampingnya tertera sebuah tulisan di selembar kardus yang menegaskan kondisi perih pak tua; I'm blind, please help!. 


Tak berapa lama kemudian, melintas seorang wanita. Ia berhenti dan sejenak nampak memperhatikan tulisan di kardus tempat orang-orang melemparkan koin sumbangan untuk pak tua. 


Wanita berkacamata ini lantas menghampiri tempat pak tua duduk. Sambil berdiri, ia lalu mengambil kertas berbahan kardus itu dan terlihat menulis sesuatu. Pak tua sempat menyentuh sepatu wanita tersebut untuk memastikan siapa gerangan yang datang. 


Wanita itu lantas kembali meletakkan kardus yang baru ditulisinya tersebut kemudian pergi. Apa yang terjadi kemudian? 


Tidak berapa lama kemduan. Tiba tiba saja pak tua buta itu ketiban banyak rejeki hari itu. Semua orang yang melintas memberikan koin. Orang berlalu lalang nampak berebut memberikan uang mereka. Pak tua sampai kewalahan memungut koin yang diterimanya hari itu.


Pertanyaannya, kenapa sikap orang tiba tiba berubah dari yang sebelumnya enggan menyisihkan uang mereka menjadi sangat pemurah memberikan duit mereka untuk pak tua? 


Jawabannya, ada pada kata-kata. Itulah energi dari sebuah kalimat yang mampu menggerakkan. Ternyata si perempuan yang melintas tadi menulis begini; Its a Beautifull Day and I Can't See It!. 


Keajaiban Kata


Kisah di atas hanya sebagai gambaran betapa kata kata sangatlah bepengaruh terhadap apapun termasuk kepada anak anak kita. 


Jika kata-kata bisa sangat berpengaruh kepada orang dewasa yang melintas di jalan-jalan di tengah keramaian tadi, maka demikianlah pula pengaruh kata yang kita ucapkan kepada anak anak kita.


Kata layaknya sebuah balada lalu kemudian melahirkan paradigma. Jika kata kata tersebut positif maka akan berdampak positif pula. Sebaliknya, jika bermuatan negatif, maka ia akan mengalirkan energi negatif yang punya daya rusak luar biasa. 


Kata kata juga dapat membentuk karakter anak, karena itu ia penting dipahami agar termanifestasi dengan baik sejak dini. Karena begitu ajaibnya kata kata maka ia tak boleh terucapkan asal asalan. 


Empati anak juga bisa tumbuh sejak dini dari pengajaran kata-kata. Perilaku yang bermoral bisa diawali dari tiga kata ajaib yang ditanamkan sejak dini kepada anak. Tiga kata ajaib itu adalah: Maaf, Tolong dan Terimakasih. 


Bagi orang dewasa kata-kata ini mungkin dianggap sepele karena sudah sering terlontar. Namun tidak semua orang menyadari betapa dahsyatnya kekuatan dari 3 kata ajaib ini. 


Yang pertama yakni kata “maaf”. Biasanya seseorang mengucapkan kata maaf hanya ketika mereka menyadari kesalahan yang mereka perbuat. Kemudian, kata “tolong” akan diucapkan ketika seseorang membutuhkan bantuan yang amat sangat mendesak. Kata yang ketiga ialah “terimakasih”, kata ini akan digunakan seseorang ketika mendapatkan pertolongan atau bantuan. 


Konklusi dari tiga kata ajaib di atas mungkin kita pahami simplistik, padahal sebenarnya ia memiliki kedalaman dan keluasan makna. Bandingkan dua kalimat ini, misalnya; “Ambilkan penaku di atas meja!” dan “Maaf, tolong ambilkan pena ku di atas meja ya". 


Lebih santun yang mana menurut Anda?


Saat kita mengawali suatu perintah dengan kata maaf, kemudian karena menyadari kita membutuhkan pertolongan orang, maka kita perlu mengucapkan kata tolong. Dan, jika dua kata itu sudah diucapkan maka lengkapi dengan kata terimakasih. 


Mungkin bagi sesama orang dewasa mengucapkan kalimat ajaib ini adalah hal biasa. Tapi, pernah terbayang gak sih kalau anak usia dini yang meminta sesuatu kepada orang yang lebih dewasa darinya dengan kalimat yang pertama? 


Pasti kurang sopan, bukan? Terus kebayang gak sih kalau anak terbiasa dengan kalimat yang pertama tanpa ucapan 3 kata ajaib itu lalu ia gunakan untuk berucap pada orang tuanya, gurunya, bahkan pada orang yang lebih dewasa dan terpandang di lingkungannya? 


Yakinkah jika dia akan dicap sebagai orang yang bermoral?


Moral Anak


Jean Piaget menyebutkan perkembangan moral terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama ialah heteronomous morality  (usia 5-10 tahun). Pada tahap perkembangan moral ini anak belum dapat menalar terhadap peraturan. 


Pada tahap pertama itu anak juga memandang aturan-aturan sebagai otoritas yang dimiliki oleh Tuhan, orang tua dan guru yang tidak bisa dirubah serta wajib untuk dipatuhi sebaik-baiknya. 


Tahap kedua yakni tahap autonomous morality atau morality of cooperation (usia 10 tahun ke atas). Pada tahap ini anak sudah mulai memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan moral dan pada tahap selanjutnya anak berusaha mengatasi konflik dengan cara yang paling menguntungkan.  


Bukan hal yang asing bagi kita bahwa anak memang adalah peniru ulung. Mereka akan meniru apapun yang ada di sekitarnya dan apapun yang dilihatnya


Mengacu pada pendapat Jean Piaget di atas tentang anak usia dini yang berada dalam tahap perkembangan moral anak, hal itu akan memudahkan kita untuk menanamkan nilai moralitas dengan 3 kata ajaib dalam berbicara. 


Oleh karena itu, penanaman moral dimulai dari keluarga yang membudayakan tiga kata ajaib tersebut baik kepada sesama anggota keluarga dan terlebih lagi kepada anak saat berinteraksi.


Pembiasaan sejak dini akan menjadi habit yang mendarah daging dalam diri anak dengan kepribadian yang bermoral saat dimanapun dan kapanpun serta akan memudahkan anak untuk bisa diterima di lingkungannya dengan baik. 


Berbicara tentang moral pada anak usia dini tidak hanya sebatas teori semata, melainkan dibutuhkan seorang figur yang bisa menyampaikan dengan nuansa yang menyenangkan. 


Sehingga anak usia dini akan mengenal dan memahami tingkah laku yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Istilah moral selalu dikaitkan dengan suatu kebiasaan, aturan serta tatacara yang baik dalam setiap hal.  


Perkembangan moral pada anak usia dini merupakan perkembangan perilaku anak dari yang kurang baik menjadi lebih baik yang kemudian lambat laun akan menjadi kepribadian anak dimasa mendatang. 


Untuk itulah, mengingat pentingnya pendidikan moral bagi anak maka sudah menjadi kewajiban bersama baik dari pihak keluarga, sekolah dan juga masyarakat untuk mengajarkan perilaku yang bermoral atau beradab. 


*)NURFAIZAH, S.PD, penulis adalah mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Program Magister UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menyelami Kembali 3 Kata Ajaib Pengubah Karakter Anak

Trending Now

Iklan