Iklan

Ketika Anak Petani Jadi Punggawa Timnas U-19

Admin
Sabtu, September 28, 2013 | 05:21 WIB Last Updated 2017-03-17T02:12:46Z
KITA patut bangga sekaligus bahagia dengan apa yang telah ditorehkan anak-anak Garuda Jaya pada ajang Piala AFF U-19 di Sidoarjo, Jawa Timur, sepekan lalu.

Prestasi yang mereka capai setelah melakoni pertandingan demi pertandingan yang sangat dramatis itu hingga sukses menjadi juara di babak pamungkas benar-benar sangat luar biasa.

Prestasi membanggakan ini tidak saja menghapus puasa gelar Indonesia selama ini dalam ajang sepak bola, tetapi cukup menghibur seluruh bangsa yang "stress" dihantam berbagai macam kasus yang membingungkan.

Semoga saja, prestasi yang dipelopori tim Garuda Jaya U-19 ini menjadi cikal bakal bangkitnya persepakbolaan Indonesia yang semoga bisa merembet pada budaya bangsa. Dan, tentunya, raihan prestasi bangsa dan negara, baik di mata penduduknya sendiri maupun di mata penduduk global.

Ajaib!
Kemenangan ini benar-benar ajaib. Bagaimana tidak, sebagian besar publik mungkin tidak begitu punya harapan bahwa Timnas akan menjadi juara, meski di kandang sendiri.

Kondisi tersebut terbilang wajar saja, mengingat selama ini sepakbola dalam negeri lebih populer dengan huru-hara ketimbang prestasi.

Selain itu, ulah beberapa pemain Timnas senior juga cukup memprihatinkan. Ada yang salah pergaulan, hingga berurusan dengan hukum yang mengharuskan polisi turun tangan. Tetapi, Alhamdulillah, tidak demikian untuk anak-anak Garuda Jaya Timnas U-19.

Mereka nampak lebih kompak, bertanggung jawab, dan yang paling mengharukan, mereka selalu mengakhiri selebrasi usai mencetak gol dengan sujud syukur.

Bahkan, dalam drama adu penalti pun, sujud syukur ini tak pernah terlewatkan. Suatu bukti bahwa mereka tidak melupakan Tuhan yang menganugerahi mereka kesehatan, harapan, dan tentunya keberhasilan.

Selain punya spirit bermain yang membara, mereka juga punya tradisi luhur yang baik di dalam keluarga. Satu di antaranya kita bisa lihat pada Muhammad Syahrul Kurniawan. Pemain asal Ngawi, Jawa Timur, itu benar-benar mengesankan, baik ketika di lapangan maupun di luar lapangan.

Saya benar-benar bangga dengan pemain yang pantang menyerah dan sangat santun ini. Dalam sebuah tayangan live di sebuah televisi swasta dalam negeri, Syahrul Kurniawan terlihat begitu berwibawa dan nampak sangat santun kepada orangtua.

Kalimat demi kalimat yang diucapkan Muhammad Syahrul pun sangat mengesankan. Tidak panjang, tetapi sangat padat dengan aroma spirit dan keyakinan.

Selain itu, pemuda 18 tahun itu juga terlihat sangat perhatian kepada sang ayah, Nyartomo, yang berpenghasilan sebagai buruh tani. Nampak secara jelas, Syahrul tidak masalah duduk berdua dengan sang ayah di depan kamera. Ini sungguh suatu kebanggaan yang luar biasa.

Lebih ajaib lagi, ternyata Syahrul tidak begitu saja mampu tampil sebagai pemain hebat di usianya. Ia harus melalui berbagai macam tantangan, rintangan, dan kesulitan. Dalam acara live tersebut sang ayah bercerita bahwa banyak sekali cobaannya. Mulai dari jarak, transportasi, termasuk sepatu.

Bahkan, sebuah media mengabarkan tidak jarang Syahrul harus merelakan sepatunya robek setiap kali usai latihan main bola di Sekolah Sepak Bola (SSB) tempatnya menempa diri.

Tapi Syahrul memang memiliki jiwa besar sejak belia. Sekalipun berat hati, ia tetap harus menegarkan jiwa, bahwa sepatu yang robek ini harus tetap dipertahankan dengan cara dijahitkan.

Bukan apa-apa, kebutuhan lain belum memungkinkan Syahrul memiliki sepatu bola berkualitas. Ketika mengingat kejadian ini, Ibunda dari Syahrul tak kuasa menahan air mata.

Ini adalah keajaiban yang sangat memukau. Karena Syahrul termasuk pemuda yang tidak umum untuk hitungan anak muda zaman sekarang yang umumnya gampang nyerah, suka hal-hal yang sia-sia, dan hidup hanya untuk menjadi pemuja mode, terutama mereka yang hidup dalam kecukupan, tapi kurang perhatian orang tua.

Hadirnya sosok Syahrul ini penting untuk dijadikan cerminan oleh seluruh pemuda bangsa, agar tetap teguh hati, lapang dada, optimis dan tentunya sabar dalam meraih prestasi. Siapa yang mampu mengamalkan empat hal tadi, insya Allah keajaiban prestasi bukan lagi mimpi.

Kini Syahrul yang tadinya bukan siapa-siapa telah menjadi sosok populer di dalam negeri. Spiritnya yang luar biasa dalam bermain menjadikannya counterback favorit sang pelatih Indra Syafril.

Tapi, ini belum selesai Syahrul! Masih ada tantangan lebih besar yang harus dihadapi. Teguhkan hatimu dan lebih giatlah berlatih serta raihlah keajaiban-keajaiban yang lebih membanggakan, untuk bangsa dan negara.

Mimpi yang Terbukti
Itulah sepenggal kisah indah nan ajaib yang menyelimuti negeri dalam dua pekan ini. Tetapi, kalau dikilas balik, apa yang terjadi sebagai keajaiban dua pekan lalu berangkat dari sebuah mimpi yang menghujam dalam hati, doa dan upaya, serta perjalanan waktu yang mengharuskan air mata membasahi pipi.

Itulah yang disampaikan ayah dari Syahrul. Dengan kepolosannya, beliau mengatakan bahwa, ketika lahir, kala itu Indonesia lagi ramai-ramainya membahas nama Kurniawan, salah seorang punggawa pemain Timnas kala itu. Dengan harapan tulus nan murni, beliau pun memberikan nama untuk anak bungsunya itu Muhammad Syahrul Kurniawan.

Harapan dari nama tersebut, kelak, ketika dewasa Syahrul bisa menjadi pemain bintang sepak bola Indonesia seperti Kurniawan. Dan, seperti kita ketahui bersama, 18 tahun kemudian mimpi dari Bapak Nyartomo itu ternyata terealisasi. Sekali lagi, kisah mimpi yang terbukti tersaji untuk kita renungi dan resapi.

Lebih dari sekedar mimpi sanga ayah, spirit prestasi itu ternyata mengalir dalam darah bahkan sistim kesadaran Syahrul sendiri. Bagaimana tidak, ia tumbuh dengan kedewasaan yang sangat baik. Ia memiliki kelapangan dada dalam menghadapi kenyataan hidup. Ia memiliki semangat dalam kondisi yang tidak memungkinkan. Bahkan ia tetap dalam koridor keimanan meski ujian dan cobaan seolah tak pernah jauh dari kehidupannya.

Atas peristiwa ini, saya teringat dengan apa yang disampaikan Andrea Hirata bahwa bermimpilah, sebab Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu dan pada saatnya Tuhan akan menganugerahkannya dalam sebuah kenyataan kehidupan sebagai hadiah terindah dari teguhnya iman dan keyakinan akan pertolongan-Nya yang pasti akan datang.

Jadi, jangan takut bermimpi, buatlah mimpi sekarang juga, dan dekatilah Tuhanmu dengan semangat iman dan takwa, dan selalulah bersujud merendahkan diri kepada-Nya.

Setelah datang ujian dari Tuhan dan kita mampu bertahan, Insya Allah, keajaiban mimpi akan terbukti akan segera terealisasi.*

______
IMAM NAWAWI, 
penulis adalah kolumnis. Ikuti juga cuitan-cuitan beliau di @abuilmia
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ketika Anak Petani Jadi Punggawa Timnas U-19

Trending Now

Iklan