Iklan

Ketika Orangtua Minta Perhatian, Bagaimana Seharusnya Sikap Anak

Keluargapedia
Senin, Maret 06, 2017 | 21:34 WIB Last Updated 2017-03-07T01:53:44Z
BAGI kebanyakan orang yang telah berkeluarga, gesekan pemikiran dan perbedaan pendapat merupakan satu hal biasa yang tetap harus dinikmati. Namun, menjadi tidak sederhana ketika gesekan itu antara orangtua dan anak.

Benturan yang terkadang dilematis itu timbul dan melanda diantaranya para aktivis, relawan, serta yang berkecimpung di dunia kemanusiaan.

Dibilang dilematis, sebab, rutinitas yang berkaitan dengan masyarakat luas sudah barang tentu sangat menyita waktu. Apalagi hubungannya mengurusi banyak hal yang berkaitan dengan orang lain dan tanggung jawab atas amanah yang diemban.

Kondisi tersebut tentu saja menuntut adanya pilihan dengan demarkasi yang jelas dan tegas. Jika keliru membuat keputusan, bisa saja kondisinya semakin runyam.

Bahkan kadangkala, ketika ada dua kepentingan saling bersamaan dan dianggap sama-sama prioritas, mereka akan sulit menentukan apa yang harus dilakukan.

Misalnya ketika orangtua sakit, namun berfikir amanah tetap harus dijalankan. Rasa menyesal kemudian mencuat karena tak bisa mendampingi karena harus tetap menjalankan amanah.

Sebaliknya, jika tak teguh pendirian, situasi semacam ini akan menumbuhkan rasa bersalah dan beban berat manakala merasa ada tanggung jawab yang diabaikan karena lebih memilih mendampingi orangtua.

Disinilah diperlukan keteguhan dan ketegasan sikap tentang apa yang harus dilakukan seorang anak ketika orangtua membutuhkannya di sisinya. Seorang anak harus mampu menentukan skala prioritas.

Sekalipun sebenarnya orangtua rela saja "diabaikan" si anak karena lebih memilih sibuk bekerja yang menjadi kewajibannya di kantor, misalnya.

Namun, keinginan orangtua agar diperhatikan dikala ia sedang dalam masa-masa sulit pun tidak bisa dikesampingkan. Walau bagaimanapun, apa yang terjadi di masa sekarang, adalah doa, air mata, dan berkat darah orangtua di masa lalu.

Dalam ajaran agama, ada sebuah anjuran dan etika moral yang harus diperhatikan oleh setiap anak terhadap orangtua yang telah melahirkan dan membesarkannya. Etika itu disebut "birrul walidain".

Birrul walidain dalam defenisinya adalah tindakan berbakti kepada kedua orangtua yang wajib dilakukan meskipun seandainya orangtuanya berbeda keyakinan. Pada level tertentu, nilai-nilai dalam etika tersebut mengandung prinsip dasar sebagai bentuk silaturahim yang paling utama.

Anjuran Birrul Walidain tidak semata menekankan harus menghormati kedua orangtua saja, akan tetapi ada akhlak yang mengharuskan orang yang lebih muda untuk menghargai orang yang lebih tua usianya dan yang tua harus menyayangi yang muda.

Berbicara masalah keluarga memang sukar tidak mengaitkannya dengan ajaran dan kaidah-kaidah agama yang dianut. Sebab agamalah yang menuntun setiap kita dalam membangun ketahanan keluarga sebagi komunitas terkecil dari sebuah bangsa.

Dalam ajaran Islam, misalnya, pada kasus tertentu seorang anak bahkan harus mendahulukan panggilan orangtuanya ketimbang melakukan ibadah sunnah. Ini sebagaimana dinukil Imam al-Nawawi dalam Syarah-nya (penjelasannya) atas (kitab) Shahih Muslim tentang kisah Juraij.

Melayani manusia atau orang lain dalam kerja-kerja sebuah kemanusiaan di belahan dunia manapun, namun jika seorang anak diminta pulang oleh orangtua, maka usahakan pulanglah.

Layani dan perhatikan orangtua kita tanpa mengesampingkan amanah yang dibebankan kepada kita di kantor atau tempat dimana kita mencari penghasilan.

Sungguh sangat pentingnya membangun budaya penghormatan dan bakti kepada orangtua, sebab ini adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan.

Urusan pekerjaan rutin bisa saja diwakili terlebih dahulu oleh rekan sepekerjaan. Tapi bakti pada orang tua, tidak ada yang bisa mewakilinya.

Betapa sedihnya orangtua, saat sakit tak ada yang mengurusi. Memberi kabar pada anak dan dijawab nanti ketika masa libur baru dapat pulang kembali.

Lalu ketika libur, amanah yang lain menanti, tak jadi penuhi janji. Dengar kabar, orangtua telah tiada. Hancur hati, dipenuhi sesal yang tak selesai. (RIZKY N. DYAH)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ketika Orangtua Minta Perhatian, Bagaimana Seharusnya Sikap Anak

Trending Now

Iklan