MEMANG sebaiknya rutinitas pekerjaan kantor dituntaskan di luar rumah. Namun, tidak sedikit orangtua yang membawa setumpuk pekerjaan dan berharap kewajiban kantor dituntaskan di rumah.
Dari banyak aspek terutama dari segi suasana, rumah dan kantor tentu berbeda. Rumah adalah tempat anda beristirahat dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Rumah tempat senang-senang, melepas penat, dan melupakan sejenak segala beban hidup.
Seperti kata pepatah, "rumahku istanaku, rumahku surgaku". Ketika berkantor di luar tentu tak selalu memungkinkan anda untuk merasakan hal-hal tersebut.
Tetapi, bagi sebagian orang, rumah adalah sekaligus kantor. Menjadikan rumah sekaligus sebagai kantor jelas tidak salah selama dilakukan proporsional.
Jika diterapkan pola yang baik, berkantor di rumah justru bisa meningkatkan kualitas hubungan anda dengan keluarga terutama terhadap istri, anak-anak, dan juga lingkungan.
Namun, dalam banyak kasus, berkantor di rumah kerap mengganggu kualitas hubungan dengan pasangan, anak-anak, dan lingkaran komunitas sosial anda. Kedekatan fisik tersebut seringkali hanya ilusi, dan malah tidak melahirkan kedetakan emosional.
Kedekatan fisik tidak selalu berbanding lurus dengan kerapatan emosional antar individu. Pasangan boleh jadi berkantor di rumah, namun anak-anak yang ada di rumah tak merasakan ada kedekatan. Sehingga disinilah pentinngya membangun empati.
Selain itu, yang tak kalah penting, anda harus memastikan bahwa ruang kerja anda tetap aman dan terkondisi baik dari hal-hal yang tak menyenangkan. Misalnya dari gangguang anak-anak anda.
Jika tidak berkomitmen dan tak dikondisikan dengan baik, boleh jadi ruang "kantor" bisa menjadi kapal pecah karena menjadi tempat bermain anak-anak. Berkas-berkas file pekerjaan anda pun kemungkinan terecoki dari tangan-tangan kreatif mereka.
Lantas, apa kiat untuk "mengamankan" kantor di rumah anda agar tetap terjaga dengan baik dan di waktu yang sama tetap menjaga kualitas hubungan anda dengan keluarga terutama pasangan dan anak-anak anda.
Berikut ini tips yang dirangkum keluargapedia.com, Ahad (12/03/2017) yang semoga menjadi pengetahuan dan solusi praktis bagi keluarga.
1. Tuntaskan di kantor
Idealnya semua kewajiban yang berkaitan dengan urusan pekerjaan anda diselesaikan di kantor atau di luar rumah. Jika pun pekerjaan itu harus dikerjakan di rumah, pastikan sangat minimal. Jangan semuanya.
Katakanlah anda memiliki waktu kerja dari pukul 09:00 sampai pukul 17:00. Waktu anda sepanjang 9 jam itu sebebanrnya cukup untuk menuntaskan semua kewajiban anda di kantor. Namun, masalahnya, mau atau tidak.
2. Fokus selesaikan
Kendala utama seseorang tidak bisa menyelesaikan target atau pekerjannya adalah masalah fokus. Sebanyak apapun waktu yang anda miliki, jika tidak fokus maka pekerjaan anda akan terbengkalai.
Selain fokus, sebenarnya adalah kecakapan. Karenanya, kecapakan ini harus berbanding lurus dengan konsentrasi anda untuk segera menyelesaikan kewajiban anda. Suka menunda-nunda memang adalah penyakit yang "mematikan".
3. Punya skala prioritas
Kalau anda memutuskan untuk berkantor di rumah dan anda telah berkeluarga, anda harus bisa menempatkan diri secara profesional dan proporsional. Benar anda berkantor di rumah namun tidak berarti anda tak bisa diganggu layaknya bekerja di kantor.
Anda harus menentukan skala prioritas. Jika anda memutuskan bekerja di rumah, pastikan anda telah memiliki target-target penyelesaian. Sehingga pasangan dan anak-anak anda tak merasakan keberadaan anda di rumah. Mereka kesepian.
4. Nikmati akhir pekan
Jangan pernah mengambil atau membawa pekerjaan kantor ke rumah di hari Jum'at yang akan anda kerjakan di akhir pekan pada Sabu-Ahad. Ini sangat tidak ideal dan tidak semestinya dilakukan.
Akhir pekan sejatinya adalah waktu spesial anda untuk keluarga. Apabila tidak benar-benar mendesak, kerha lembur di akhir pekan mestinya tidak usah diambil. Anda dan keluarga memang butuh duit, tetapi keluarga anda lebih butuh keberadaan anda.
Nikmati akhir pekan anda bersama keluarga. Nikmati hidup anda. Bebicara keinginan materil memang tak akan pernah ada habisnya. Tetapi Tuhan tahu kebutuhan kita, bukan apa yang kita inginkan. Sebab apa yang kita inginkan belum tentu itu kita butuhkan.
5. Kondisikan ruang kerja di rumah
Anda harus memastikan ruang kerja kantor anda di rumah steril dan terkondisi dengan baik. Mungkin hal pertama yang anda harus lalukan adalah bicara langsung dengan anak mengikuti radar pemahaman yang mereka miliki.
Sampaikan ke mereka tentang ruang kerja anda yang harus steril. Beri mereka pengertian. Ketika anak-anak mungkin membuat gaduh dan berantakan ruang kerja tersbeut, jangan datang tiba-tiba dengan berteriak atau memaki mereka dengan kata-kata kasar. Buat anak paham bahwa itu adalah pekerjaan penting yang tidak boleh dimainkan.
Dipastikan jauhkan dari jangkauan anak bila di kamar kantor anda terdapat laptop, ponsel, dan playStation, yang mungkin anak akan menganggap mereka dapat mempergunakan semua itu. Maka, cobalah menyembunyikan atau meletakkan benda itu secara terpisah. Sehingga anak dapat memahami mana mainan dan barang yang bukan milik mereka.
5. Jika perlu tutup pintu
Ini adalah opsi terakhir ketika anda sedang bekerja di ruang kantor anda namun anda terus sajak direcoki oleh anak-anak. Ini tentu risiko yang harus anda terima.
Anak-anak tidak mau tahu anda sedang bekerja atau tidak. Yang mereka pahami bahwa anda ada di rumah dan inilah waktunya untuk bermain dan menghabiskan waktu bersama mereka.
Memutuskan bekerja atau berkantor di rumah berarti telah memahami bahwa ada hal-hal yang memang harus disikapi secara bijak proporsional. Tidak emosional.
Jika anak-anak merecoki, berbicaralah kepada mereka. Beri pengertian sebaik mungkin. Jika berbicara dengan anak belum membantu, maka cobalah cara lain. Menutup pintu mungkin akan membantu Anda aman bekerja tanpa gangguan anak.
Dengan menutup pintu mungkin dapat membuat anak paham bahwa bukan waktunya mengganggu orangtua. Tapi anda juga harus memahami psikologi dan air wajah mereka. Jika perlu, tinggalkanlah pekerjaan anda sejenak dan bermainlah sementara waktu bersama mereka.
Kendati anak-anak seringkali tak mau tahu dengan kondisi orangtuanya, tetapi sebagai orangtua anda harus tetap berupaya menjelaskan ke mereka. Cobalah rayu mereka untuk menunggu beberapa waktu sementara anda bekerja.
Sementara mereka menunggu, pastikan mereka mendapatkan medium lain untuk mengalihkan perhatiannya. Dan, ingat, anda harus menepati janji anda kepada mereka.
Jika anda telah berjanji kepada mereka bahwa akan selesai 10 menit lagi, maka selesai atau tidak selesai pekerjaan anda, anda tetap harus muncul di hadapan mereka.
Jangan lupa berikan pujian dan ungkapkan rasa kesyukuraun di hadapan mereka di saat anda menemuinya karena telah bersabar menunggu. "Yess, Alhamdulillah, ayo kita main sekarang, yuk. Terimakasih atas kerjasamanuya". (NURSELINA)
Trending Now
-
WALAUPUN insiden ini langka terjadi, namun tetap perlu kewaspadaan yang ekstra. Khususnya mengetahui langkah pertama yang harus dilakukan d...
-
BERHUTANG seakan sesuatu yang tidak aneh lagi bagi beberapa orang. Namun jika sejak remaja sudah dibiasakan untuk berutang, maka itu akan m...
-
ARTIS terkenal Nagita Slavina dikabarkan marah saat dipanggil oleh suaminya, Raffi Ahmad, dengan sebutan yang tidak biasanya. Jika bias...
-
Nabi Dzulkarnain diketahui pernah memimpin banyak negara-bangsa di dunia (Foto: Harunyahya ID) Oleh Arviati Rohana* MUKJIZAT adalah kehenda...
-
Foto: Pixabay PUTUS asa itu biasa. Yang luar biasa adalah ketika kamu mampu bangkit dari keterpurukan. Lalu kembali melawan rasa ketida...