Iklan

Esemka, Kabar Gembira Untuk Bangsa Indonesia

Admin
Sabtu, Januari 07, 2012 | 06:00 WIB Last Updated 2017-02-27T22:45:06Z














TAK dinyana, ternyata awal tahun 2012 menjadi awal yang baik untuk Indonesia kita. Hal ini jika melihat ramainya publik membahas mobil buatan anak Indonesia, Kiat-Esemka. Sebuah mobil karya pelajar SMK di Surakarta, Jawa Tengah, yang langsung disambut dengan sangat baik oleh Walikota Solo, Joko Widodo.

Belakangan sosok Walikota Solo Joko Widodo, yang biasa dipanggil Jokowi ini, selalu menjadi perhatian publik dan media. Terlebih ketika ia berani memberi apresiasi dan dengan bangga menggunakan mobil buatan pelajar Solo itu sebagai mobil dinasnya.

Boleh dikatakan, Jokowi adalah orang yang menjadi pemicu populernya mobil Esemka buatan anak Indonesia itu. Tanpa dukungan riil Jokowi terhadap mobil itu, nampaknya yang lain tak akan begitu antusias untuk memperhatikannya, apalagi memesan untuk membelinya.

Secara kualitas, mobil jenis Sport Utility Vehicle (SUV) ini cukup bersaing, meskipun terlalu dini untuk kemudian dikomparasikan dengan mobil buatan luar negeri seperti Jepang, Eropa dan Amerika. Akan tetapi, secara prinsip bangsa kita sebenarnya adalah bangsa yang mampu untuk berkompetisi.

Apabila pemerintah dalam hal ini segera membuat langkah konkrit untuk mendukung terciptanya mobil nasional, tentu ini adalah momentum yang tepat untuk bangkit. Paling tidak untuk kebutuhan mobil kita sudah bisa suplay dari dalam negeri. Jadi dana besar bangsa dan negara ini tak perlu melayang ke luar negeri hanya untuk membeli mobil dari luar negeri.

Selain itu terdapat banyak dampak positif yang signifikan apabila Esemka dikawal menjadi mobil nasional. Pertama, SMK akan menjadi tempat melahirkan tenaga-tenaga professional di bidang otomotif (mobil). Kedua, akan tercipta lapangan kerja baru. Ketiga, akan lahir kebanggaan terhadap bangsa dan negara. Keempat, akan muncul kemandirian dan mental entrepreneurship. Kelima, akan mengangkat harkat dan derajat bangsa di hadapan dunia.

Dukung Bersama
Esemka bukanlah mobil produk anak bangsa yang pertama di negeri ini. Ada cukup banyak mobil-mobil karya anak bangsa yang telah hadir. Sebut saja misalnya, seperti Komodo, Tawon, Gea, Marlip, Maleo, Wakaba, Timor, dan terbaru kini adalah Esemka Digdaya.

Akan tetapi, mobil-mobil karya anak bangsa ini tidak mendapatkan perhatian lebih. Mereka bahkan tidak dapat tempat khusus dalam ajang pameran otomotif terbesar di tanah air, seperti dalam ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2011 lalu. Mereka hanya menempati stand kecil di pojokan.

Tahun ini mari kita dukung bersama mobil Esemka ini. Saya secara pribadi dan kita semua tentu berharap, semoga momentum ini bisa menjadi pemantik tumbuhnya kepercayaan diri bangsa di tengah beragam problem bangsa yang kian menumpuk dan tak teratasi.

Kita jangan terjebak pada cara berpikir perfeksionis yang tidak realistis. Perfeksionis itu memang perlu. Namun, ketika melihat Esemka hendaknya kita tidak tergesa-gesa untuk membandingkannya dengan mobil buatan Jepang, Eropa atau Amerika. Kita mesti bijaksana, objektif dan rasional dalam melihat mobil ini.

Jepang, Eropa, dan Amerika adalah negara yang lebih awal telah melalui proses-proses penyempurnaan. Saat kita masih sibuk perang mempertahankan kemerdekaan, Jepang telah merintis usaha otomotif, demikian juga Eropa dan Amerika. Pada saat kita tumbuh berkembang, transportasi tak terhindarkan maka tak ada produk lain yang lebih pantas untuk kita beli kecuali dari tiga kawasan maju itu.

Tetapi kini, saat globalisasi telah berlaku, global free trade berjalan, maka tidak semestinya kita terus menggantungkan diri kepada negara asing. Semakin tergantung, semakin bodoh kita dan semakin tidak produktif. Inilah pemicu merebaknya kebodohan dan kemiskinan di negara ini.

Bapak Happy Trenggono, seorang pengusaha Indonesia yang berkarakter, dalam sebuah kesempatan seminar di Kota Depok yang ketika itu saya sendiri yang langsung memoderatori acara, akhir tahun 2011 lalu, beliau mengatakan begini:

“Kalau bangsa ini tidak segera merubah mindsetnya dari konsumtif menjadi negara yang produktif, maka kita akan ditelan mentah-mentah oleh negara asing. Bayangkan, selama 24 jam kita tergantung sama produk asing. Mulai dari air minum, sabun, pakaian, sampai makanan. Apalagi motor, mobil dan elektronik, sudah jangan ditanya, hampir tidak ada buatan Indonesia.”
Jadi mari kita jadikan kehadiran Esemka ini sebagai momentum untuk bangkit. Kita berharap pejabat yang mengatakan mendukung dan senang dengan kehadiran Esemka ini benar-benar serius bekerja dan benar-benar riil mendukung agar Esemka segera bisa diproduksi secara massal.

Kalau pejabat tidak mendukung, atau seperti yang diturunkan dalam editorial Media Indonesia (4/1/2011) bahwa masih ada pemimpin di negeri ini yang suka membela produk impor hanya karena upeti yang diterimanya, maka pupuslah harapan besar rakyat ini.

Pemerintah kita harap jangan hanya fokus pada masalah terorisme melulu, pejabat yang tidak pro kebangkitan nasional hendaknya ditangkap, dipecat dan dipenjara. Jangan biarkan mereka berkeliaran jika memang kita masih ingin negeri ini eksis dan survive. Kalau rakyat sudah pasti akan mendukung, tinggal pejabat lagi, apakah mau dan masih punya kebanggaan terhadap negeri sendiri? Buktikan saja.

Bagaimana dengan Kaltim?
Pepatah mengatakan, “Orang cerdas cukup mengerti dengan isyarat.” Artinya, Kaltim mesti ambil start lebih awal. Jangan mau ketinggalan. Jika Solo punya kemampuan membuat mobil SUV yang bagus, maka Kaltim tiga atau lima tahun ke depan mau punya apa?

Mungkin sepintas nampak seperti ikut-ikutan. Tapi ini bukan masalah ikut-ikutan atau jati diri. Kita mesti gali kenapa Solo bisa melahirkan mobil dari tangan-tangan remajanya yang sekolah di SMK.

Secara kepribadian, ternyata Walikota Solo tidak setipe dengan Walikota kebanyakan di negeri ini. Umumnya pejabat menganggap pedagang kaki lima sebagai ‘ancaman atau bahkan musuh’. Ini bisa dilihat dari maraknya penggusuran oleh Satpol PP.

Berbeda dengan Solo, Jokowi lebih suka berbincang ria dengan rakyatnya. Diundang untuk hadir di balai kota lalu diadakan diskusi dan ditawarkan relokasi. Ia tak suka menurunkan Satpol PP untuk memburu rakyatnya sendiri seperti umumnya pejabat bersikap.

Kaltim wajib bahkan sangat butuh untuk mengadaptasi langkah-langkah riil Walikota Solo itu. Misalnya dengan mengorganisir secara professional para petani keramba di sepanjang sungai Mahakam.

Kemudian membuat regulasi yang mewajibkan semua restoran di Kaltim wajib menyediakan menu ikan mas hasil petani keramba. Sembari terus berinovasi bagaimana menciptakan masakan yang enak dengan olahan dari ikan mas ikan keramba.

Mungkin sudah ada, tapi jangan puas dulu. Terus tingkatkan dan sempurnakan. Tak ada kata puas dalam berkarya. Tak ada kata finish dalam berinovasi. Terus upayakan dan terus upayakan.

Kaltim punya Universitas Mulawarman (Unmul), mengapa tidak dibuat satu konsep hutan masa depan. Dimana dengan begitu asset alamiah Kaltim berupa flora dan fauna dapat terselamatkan semua. Seiring dengan itu, juga ada peningkatan produktifitas untuk menghasilkan teori baru dalam pengelolaan hutan sekaligus menciptakan satu ekosistem baru yang alamiah dan berdaya guna bagi kehidupan sehari-hari.

Prinsipnya, masih banyak hal positif yang bisa kita kembangkan. Jangan terjebak pada masalah besar yang melanda negeri ini semata-mata. Tapi lihatlah celah cahaya yang dapat merubah kondisi bangsa. Kecil asal riil lebih baik dari pada besar tapi hanya rencana.[]

*Imam Nawawi adalah kolumnis tetap rubrik CAP Anak Kaltim www.kaltimtoday.com dan mantan Pengurus Daerah Persatuan Pelajar Islam Indonesia (PD PII) Kutai Kartanegara, Kaltim
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Esemka, Kabar Gembira Untuk Bangsa Indonesia

Trending Now

Iklan